Jumat, 21 Februari 2014

Makalah Keperawatan Jiwa (Share)



BAB I
PENDAHULUAN
I.I    Latar belakang

Keperawatan merupakan kebutuhan pokok manusia sebagaimana halnya dengan semua usaha untuk memajukan kesejahteraan. Uraian tentang keperawatanyang baik harus dilakukan oleh seseorang perawat dengan sendirinya harus dimulai perawat itu sendiri.
Model keperawatan yang dijelaskan oleh Hildegard peplau mencakup segala sesuatu tentang diri individu itu sendiri yang tepatnya didalam dirinya, yaitu interpersonal, dan ini mengarah pada kejiwaan seseorang.ini lah model konsep teori yang dijadikan acuan perawat untuk melakukan tindakan keperawatan.
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Mampu menghadapi kecemasan didalam diri individu.
Jika seseorang tidak sanggup untuk mengatasi permasalahn didalam hidup mereka, terutama pada dalam diri mereka sendiri, akan timbul permasalahan permasalahan yang akan berakibat fatal yang tentunya akan mengganggu kehidupan orang yang mengalami permasalahan interpersonal ini. untuk itu diperlukan peran perawat dalam mengatasi masalah ini, untuk membantu pasien mengatasi masalah yang mungkin tidak  bisa diselesaikan sendiri oleh seseorang.
Perawat juga harus tau apa saja yang harus dilakukan, untuk inilah kami kelompok mengangkat model konseputual jiwa interpersonal yang dimana model konsep ini erat sekali dengan teori Hildegard E. Peplau. sehingga perawat memiliki gambaran untuk melakukan tindakan keperawatan yang tepat.

II.I Tujuan

Setelah menyusun makalah ini mahasiswa diharapkan mampu untuk :
1.      Menjelaskan pengertian strategi pelaksanaan asuhan keperawatan jiwa
2.      Menjelaskan fase orientasi dalam asuhan keperawatan jiwa
3.      Menjelaskan fase kerja dalam asuhan keperawatan jiwa
4.      Menjelaskan fase terminasi dalam asuhan keperawatan jiwa


BAB II
KONSEP TEORI

II.I       PENGERTIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

A.    Menurut American Nurses Associations (ANA)

Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara teraupetik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada (American Nurses Associations).

B.     Menurut WHO

Kesehatan Jiwa bukan hanya suatu keadaan tdk ganguan jiwa, melainkan mengandung berbagai karakteristik yg adalah perawatan langsung, komunikasi dan management, bersifat positif yg menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yg mencerminkan kedewasaan kepribadian yg bersangkutan.

C.    Menurut UU KES. JIWA NO 03 THN 1966

Kondisi yg memungkinkan perkembangan fisik, intelektual emosional secara optimal dari seseorang dan perkebangan ini selaras dgn orang lain.
Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respons psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa (komunikasi terapeutik dan terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa) melalui pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa klien (individu, keluarga, kelompok komunitas).
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku sehingga klien dapat berfungsi utuh sebagai manusia.


II.II     STRATEGI KOMUNIKASI

A.    Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

1.      Fase Orientasi

Fase ini, perawat dan klien bertindak sebagai 2 individu yang belum saling mengenal. Selama fase orientasi, klien merupakan seseorang yang memerlukan bantuan profesional dan perawat berperan membantu klien mengenali dan memahami masalahnya serta menentukan apa yang klien perlukan saat itu. Jadi, fase orientasi ini merupakan fase untuk menentukan adanya masalah,dimana perawat dan klien melakukan kontrak awal untuk membangun kepercayaan dan terjadi proses pengumpulan data.
Fase orientasi dipengaruhi langsung oleh sikap perawat dan klien dalam memberi atau menerima pertolongan. Selain itu fase  ini juga dipengaruhi oleh ras, budaya, agama, pengalaman, latar belakang, dan harapan klien maupun perawat. Akhir dari fase ini adalah perawat dan klien bersama-sama mengidentifikasi adanya masalah serta menumbuhkan rasa saling percaya sehingga keduanya siap untuk melangkah ke fase berikutnya.
Fase orientasi terdiri dari :
a)         Salam terapeutik
b)        Evaluasi /validasi data
c)         Kontrak (topik,waktu,tempat)

2.      Fase Kerja

Fase kerja adalah fase dimana seorang ners melakukan inti terapeutik dalam berkomunikasi dengan topik atau tujuan sesuai dengan strategi pelaksanaan yang telah ditetapkan berdasarkan diagnosa keperawatan jiwa.
Pada fase ini, perawat memberi layanan keperawatan berdasarkan kebutuhan klien. Disini, masing-masing pihak mulai merasa menjadi bagian integral dari proses interpersonal. Selama fase kerja, klien mengambil secara penuh nilai yang ditawarkan kepadanya melalui sebuah hubungan.
Prinsip tindakan pada fase ini adalah menggali, memahami keadaan klien dan mencegah meluasnya masalah. Perawat mendorong klien untuk menggali dan mengungkapkan, perasaan, emosi, pikiran, serta sikapnya tanpa paksaan dan mempertahankan suasana terapeutik yang mendukung.
Fase kerja dimana perawat telah membantu kalien dalam membereikan gambaran kondisi klien.
Pada fase ini perawat juga dituntut untuk menguasai keterampilan berkomunikasi secara terapeutik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa fase kerja merupakan fase pemberian bantuan pada klien sebagai langkah pemecahan masalah. Jika fase ini berhasil, proses interpersonal akan berlanjut ke fase akhir, yaitu fase terminasi.

3.      Fase Terminasi/Resolusi

Pada fase resolusi, tujuan bersama antara perawat dan klien sudah sampai pada tahap akhir dan keduanya siap mengakhiri hubungan terapeutik yang selama ini terjalin. Fase resolusi terkadang menjadi fase yang sulit bagi kedua belah pihak sebab disini dapat terjadi peningkatan kecemasan dan ketegangan jika ada hal-hal yang belum terselesaikan pada masing-masing fase. Indikator keberhasilan untuk fase ini adalah jika klien sudah mampu mandiri dan lepas dari bantuan perawat. Selanjutnya, baik perawat maupan klien akan menjadi individu yang matang dan lebih berpengalaman.
Dalam hubungan perawat-klien, ada enam peran perawat yang harus dilakukan. Peran tersebut berbeda pada setiap fasenya. Keenam peran tersebut adalah peran sebagai orang asing (role of the stranger), peran sebagai narasumber (role of resource person), peran sebagai pengajar (teaching role), peran sebagai kepemimpinan (leadership role), peran sebagai wali (surrogate role), dan peran sebagai penasihat (counseling role).
Role of the stranger merupakan peran awal dalam hubungan perawat-klien. Di sini, kedua belah pihak merupakan orang asing bagi pihak lain. Sebagai orang asing, perawat harus memperlakukan klien secara sopan, tidak  boleh memberi penilaian sepihak, menerima klien apa adanya, serta memperlakukan klien dengan penuh perasaan. Dalam perannya sebagai narasumber (role of resource person), perawat memberi jawaban yang spesifik dari setiap pertanyaan klien, terutama mengenai informasi kesehatan. Selain itu, perawat juga menginterpretasiakan kepada klien rencana perawatan dan rencana medis untuk hal tersebut.
Teaching role merupakan kombinasi dari seluruh peran dalam menggunakan informasi. Teaching role menurut peplau terdiri atas dua kategori yaitu intruksional, dan eksperimental. Penyuluhan intruksional adalah pemberian informasi secara luas dan merupakan bentuk yang di pakai dalam literatur pendidikan. Menyuluhan eksperimental adalah penyeluhan dengan menggunakan pengalaman dalam pengembangan pengajaran.
Leadership role merupakan peran yang berkaitan dengan kepemimpinan, terutama mengenai proses demokratis dalam asuahan keperawatan. Perawat membantu klien dalam mengerjakan tugas-tugasnya melalui hubungan yang sifatnya kooperatif dan melibatkan partisipasi aktif klien. Dalam surrogate role, klien menggap perawat sebagai walinya. Oleh sebab itu, sikap perawat dan perilakunya harus menciptakan perasaan tertentu dalam diri klien yang bersifat reaktif yang muncul dari hubungan sebelumnya. Funsi perawat disini adalah membimbing klien mengenali dirinya sendiri dan sosok yang ia bayangkan lalu membantunya melihat perbedaan antara dirinya dan sosok yang ia bayangkan tersebut.
Fase resolusi dimana perawat berusaha untuk secara bertahan klien untuk membebaskan diridari kertegantungan kepada tenaga kesehatan dan menggunakan kemampuan yang dimliki agar mampu menjalankan secara sendiri.
Peplau mempercayai bahwa counseling role memiliki peranan yang besar dalam keperawatan psikiatri. Dalam hubungan perawat-klien peran ini sangant penting sebab tujuan dari teknik hubungan antar-personal adalah membantu klien mengingat dan memahami sepenuhnya peristiwa yang terjadi pada dirinya saat ini. Dengan demikian, satu pengalaman dapat diintegrasikan dengan pengalaman lainnya dalam hidupnya, bukannya justru dipisahkan.
Fase terminasi terdiri dari :
a)         Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
b)        Rencana tindak lanjut
c)         Kontrak yang akan datang











II.III    STATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Pada suatu hari tepatnya hari minggu jam 9 pagi dirumah sakit jiwa Lawang terlihat seorng bapak dan ibu sedang menunngui anaknya yang mengalami gannguan halusinasi di ruang kamar pasien.

1.      Orientasi

a)      Salam Terapeutik
Perawat           :  assalamu’alaikum bapak/ibu
Bapak & ibu    : wa’alaikum salam sus…
Perawat           : saya perwat dina,saya yang merwat anak bapak dan Ibu
Bapak              : iya sus…

b)     Evaluasi
Perawat           : bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?
Ibu                   : saya merasa sedih sus melihat anak saya seperti ini.
Perawat           : Ibu yang sabar ya,saya akan berusaha membatu untuk kesembuhan anak ibu
Ibu                   : ya sus,terima kasih
Perawat           : Apa pendapat ibu tentang anak Ibu?
Ibu                   : anak saya masih masih sering menyendiri dan berbicara sendiri tiba-tiba berteriak teriak..
Perawat           : Jadi anak ibu halusinasinyabelum terkontrol ya bu?
Ibu                   : iya sus saya takutdengan kondisi anak kami yang seperti ini.

c)      Kontrak
Perawat           : Hari ini kita akan berdiskusi tentang masalah apa yang anak bapak dan ibu alami dan bantuan apa yang bapak dan ibu bisa berikan’’
Ibu                   : iya sus…
Perwat             : kita mau berdiskusi dimana bu?’’
Bagaimamna kalau diruang wawancara’’?
Ibu                   : iya sus..

Perawat           : Berapa lama waktu bapak dan ibu untuk berdiskusi?
Ibu                   : Bagaimana kalau 15 menit saja sus
Perawat           : baiklah ibu…

Mari kita menuju ruang wawancara
Perawat, bapak dan ibu meninngalkan pasien diruangannya dan menuju ruang wawancara untuk mendiskusikan tentanghalusinasi dan cara cara merawat pasien halusinasi.

2.      Kerja

Perawat           : silahkan duduk bapak dan ibu
Ibu dan bapak : iya sus…
Perawat           : apa yang bapak /ibu rasakan menjadi maslah dalam merwat ’’W”?
Bapak              : kami masih belum bisa menghadapi anak kami saat berbicara sendiri dan berteriak teriak sendiri.
Perawat           : apa yang ibu / bapak lakukan?
Ibu                   : kami hanya bisa menyuruhnya diam dan mencoba menenangkan, tetapi anak kami tetap saja berteriak teriak dan marah marah sendiri
Perawat           : ya, gejala yang dialami oleh anak bapak/ibu itu itu dinamakan halusinsi pendengaran yaitu mendengar sesuatu yang sebetulnya tidak ada yang berbicara.”tanda tandanya bicara dan tertawa sendiri atau marah marah tanpa sebab.jadi kalau anak bapak /ibu mendengar suara-suara,sebenarnya suara itu  tidak ada.
Ibu                   : ooo….jadi anak kami mengalami mengalami halusinasi pendengaran. Penyebabnya apa ya sus?
Perawat           : Penyebabnya harga diri rendah bu. Anak ibu merasa harga dirinya rendah sehingga anak ibu menarik diri kemudian timbul halusinasi.
Ibu                   : Terus bagaimana cara mengatasinya sus?
Perawat           :Ada beberapa cara untuk membantu anak Bapak/ibu agar bisa mengendalikan halusinasi.
Bapak              : Apa cara-caranya sus?
Perawat           : Cara-caranya tersebut antara lain :   
Pertama, dihadapan anak bapak/ibu, jangan membantah halusinasi atau mendukungnya. Katakan saja bapak/ibu percaya bahwa anak tersebut memang mendengar suara, tetapi bapak/ibu sendiri tidak mendengar suara apa-apa.
Kedua, jangan biarkan anak bapak/ibu melamun dan sendiri, karena kalu melamun halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap dengannya. Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama, sholat bersama-sam. Tentang kegiatan, saya telah melatih anak bapak/ibu untuk membuat jadwal kegiatan sehari-hari. Tolong bapak/ibu pantau pelaksanaannya. Yaa……dan berikan pujian jika dia lakukan! Apakah ibu mengerti?
Ibu                   : Iya sus saya mengerti, saya akan melakukan sesuai saran suster dan memantaunya.
Perawat           : Cara yang ketiga yaitu bantu anak bapak/ibu minum obat secara teratur. Jadi bapak/ibu dapat mengingatkan kembali, ya babak/ibu...
Bapak              : Iya sus, kami akan selalu mengingatkan anak kami agar selalu minum obat. Karena kami sangat mengharapkan anak kami cepat sembuh. Kami sangat sedih sekali dengan kondisi anak kami yang seperti ini. Oh ya sus, obatnya apa saja?
Perawat           : Obatnya ada 3 macam, ini yang orange namanya CPZ gunanya untuk menghilangkaan suara-suara. Diminum 3x sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam. Yang putih namanya THP gunanya membuat rileks, jam minumnya sama dengan CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya menenangkan cara berfikir, jam minumnya sama dengan CPZ. Obatnya perlu selalu diminum untuk mencegah kekambuhannya pak/bu, apakah ibu dan bapak sudah mengerti?
Ibu                   : Iya sus, kami mengerti.
Perawat           : Yang terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi anak bapak/ibu dengan cara menepuk punggung anak bapak/ibu.Suruhlah anak bapak/ibu menghardik suara tersebut. Anak bapak/ibu sudah saya ajarkan cara halusnasi.





3.      Terminasi

a)      Evaluasi Subyektif
Perawat           : Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita berdiskusi memutus halusinasi anak bapak/ibu
Ibu                   : Perasaan saya lebih baik dari sebelumnya, dan kekhawatiran saya menjadi berkurang karena sudah mengetahui cara-cara untuk memutus halusinasi ketika halusinasi anak kami muncul.

b)     Evaluasi Obyektif

Perawat           : Sekarang coba bapak/ibu sebutkan kembali tiga cara merawat anak bapak/ibu untuk memutus halusinasi.
Bapak              : Yang pertama, tidak boleh membantah halusinasi atau mendukungnya. Mengatakan percaya memang anak mendengar suara, tetapi saya sendiri tidak mendengarnya. Kedua, tidak boleh mendengarkan anak melamun dan sendiri, mengupayakan ada orang mau bercakap-cakap dengannya, dan membuatkan jadwal kegiatan sehari-hari. Ketiga, membantu anak minum obat secara teratur.
Perawat           : Bagus sekali, bapak/ibu telah memahaminya. Rencana tindak lanjut
Perawat           : Nah...bagaimana kalu bapak/ibu lakukan terus selama di RS agar nanti dirumah sudah lancar.
Ibu                   : Iya sus, akan kami lakukan terus selama di RS.

c)      Kontrak

§  Topik
Perawat     : “Baiklah, waktu kita sudah habis, bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan anak bapak/ibu?”
Bapak        : Iya sus, kami bersedia.



§  Tempat
Perawat     : Tempatnya mau dimana pak/bu?
Ibu             : Disini saja sus.

§  Waktu
Perawat     : Mau jam berapa ?
Bapak        : Jam 09.00 wib saja, seperti hari ini.
Perawat     : Baiklah bapak/ibu sampai jumpa hari selasa.
Ibu             : Iya sus, kalau begitu saya permisi dahulu. Assalamu’alaikum....
Perawat     : Wa’alaikumsalam….

Setelah mengucapkan salam kepada perawat, bapak/ibu dari anak “W” meninggalkan ruang wawancara. Mereka terlihat lebih tenang. Dan kemudian mereka menuju ruang anak “W”. Untuk melakukan cara-cara yang telah diajarkan perawat.




















BAB III
PENUTUP

III.I Kesimpulan

            Teori Hildegard Peplau (1952) berfokus pada individu, perawat, dan proses interaktif (Peplau, 1952) yang menghasilkan hubungan antara perawat dan klien (Torres, 1986). Berdasarkan teori ini klien adalah individu dengan kebutuhan perasaan, dan keperawatan adalah proses interpersonal dan terapeutik.
            Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bisa muncul akibat adanya ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety). Ansietas timbul dan alami seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal).
            Menurut konsep ini perasaan takut seseorang didasari adanya ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang sekitarnya. Dalam permasalahan interpersonal, seorang individu akan menampakan perilaku, diantaranya individu merasa terasingi, merasakan kecemasan yang berlebihan, senang menyendiri dan enggan untuk membicarakan permasalahan yang dialaminya.
             Tujun keperawatan adalah untuk mendidik klien dan keluarga dan untuk membantu klien mencapai kemantapan pengembangan kepribadian (Chinn dan Jacobs, 1995). Teori dan gagasan Peplau dikembangkan untuk memberikan bentuk praktik keperawatan jiwa. Oleh sebab itu perawat berupaya mengembangkan hubungan antara perawat dan klien dimana perawat bertugas sebagai narasumber, konselor, dan wali.

III.II    Saran

A.    Perawat
           
Perawat harus menjaga sosialisasi antara perawat dan klien, dalam melakukan tindakan keperawatan jiwa yang menyangkut tentang permasalahan interpersonal, sebaiknya perawat menggunakan konsep teori yang ada. 




B.     Mahasiswa perawat

Makalah ini sangat bagus untuk dibaca sebagai pedoman kita dalam memahami teori peplau mengenai konseptual model keperawatan jiwa interpersonal, Sehingga kedepan nanti kita bisa berkerja dengan baik,dan hubungan interpersonal yang kita lakukan baik. Sehingga kita bisa memberikan  keperawatan  yang baik kepada pasien.




























DAFTAR PUSTAKA

Ns. Asmadi, s. kep (2005).konsep dasar keperawatan.jakarta:Buku Kedokteran EGC
Ferry & Potter.2005.fundamental keperawatan vol.1 Edisi 4.jakarta:EGC
Hidayat,A.Aziz Alimul.(2004). Pengantar Konsep dasar Keperawatan. Salemba Medika.    
      Jakarta
Stuart, gail & Sandra J, 1998. keperawatan jiwa. EGC : jakarta
Purwaningsih,Wahyu , S.Kep. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika Press.
      Jogjakarta

Sumber :
http://nevy-anistya.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar