Rabu, 05 Maret 2014

Askep Hipertiroidisme (share)



BAB I
PENDAHULUAN

I.I        LATAR BELAKANG

Hipertiroidisme dan tirotoksikosis sering dipertukarkan. Tirotoksikosis berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan.
Sedangkan hipertiroidisme adalah tirotoksikosis sebagai akibat produksi tiroid itu sendiri. Tirotoksikosis terbagi atas kelainan yang berhubungan dengan hipertiroidisme dan yang tidak berhubungan dengan hipertiroidisme.
Tiroid sendiri diatur oleh kelenjar lain yang berlokasi di otak, disebut pituitari. Pada gilirannya, pituitari diatur sebagian oleh hormon tiroid yang beredar dalam darah (suatu efek umpan balik dari hormon tiroid pada kelenjar pituitari) dan sebagian oleh kelenjar lain yang disebut hipothalamus, juga suatu bagian dari otak.
Hipothalamus melepaskan suatu hormon yang disebut thyrotropin releasing hormone (TRH), yang mengirim sebuah signal ke pituitari untuk melepaskan thyroid stimulating hormone (TSH). Pada gilirannya, TSH mengirim sebuah signal ke tiroid untuk melepas hormon-hormon tiroid. Jika aktivitas yang berlebihan dari yang mana saja dari tiga kelenjar-kelenjar ini terjadi, suatu jumlah hormon-hormon tiroid yang berlebihan dapat dihasilkan, dengan demikian berakibat pada hipertiroid.Pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).

I.II       Rumusan Masalah

1.      Apakah yang menyebabkan penyakit Hipertiroid ?
2.      Bagaimana gejala dan pengobatan penyakit Hipertiroid ?
3.      Bagaimana asuhan keperwatan penyakit Hipertiroid ?





I.III     Tujuan

Ø  Tujuan Umum
Mampu menjelaskan apa yang dimaksud dengan Hipertiroid
Ø  Tujuan Khusus
1)      Mampu menjelaskan definisi Hipertiroid
2)      Mampu menjelaskan penyebab penyakit Hipertiroid
3)      Mampu menjelaskan gejala dan pengobatan penyakit Hipertiroid
4)      Mampu menjelaskan Asuhan keperawatan penyakit Hipertiroid

I.IV     Manfaat

Manfaat yang ingin diperoleh dalam penyusunan makalah ini adalah:
1)      Mendapatkan pengetahuan tentang definisi Hipertiroid
2)      Mendapatkan pemahaman tentang penyebab penyakit Hipertiroid
3)      Mendapatkan pemahaman tentang gejala dan pengobatan penyakit Hipertiroid
4)      Mendapatkan pemahaman tentang Asuhan keperawatan penyakit Hipertiroid















BAB II
PEMBAHASAN

II.I       DEFINISI

Hipertiroidisme ( dapat juga disebut Tirotoksikosis) adalah suatu keadaan dimana terjadinya sekresi yang berlebihan dari hormon tiroid yang ditandai dengan adanya pembesaran kelenjar tiroid (goiter) dan adanya exopthalmos.
Hipertiroid atau Hipertiroidisme adalah suatu keadaan atau gambaran klinis akibat produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid yang terlalu aktif. Karena tiroid memproduksi hormon tiroksin dari lodium, maka lodium radiaktif dalam dosis kecil dapat digunakan untuk mengobatinya (mengurangi intensitas fungsinya).
Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana suatu kelenjar tiroid yang terlalu aktif menghasilkan suatu jumlah yang berlebihan dari hormon-hormon tiroid yang beredar dalam darah.Thyrotoxicosis adalah suatu kondisi keracunan yang disebabkan oleh suatu kelebihan hormon-hormon tiroid dari penyebab mana saja. Thyrotoxicosis dapat disebabkan oleh suatu pemasukan yang berlebihan dari hormon-hormon tiroid atau oleh produksi hormon-hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid.
Kelenjar tiroid adalah subtansi kimia yang diproduksi oleh kelenjar tiroid dan dilepaskan kedalam aliran darah. Hormon tiroid saling berinteraksi dengan hampir seluruh sel tubuh, yang menyebabkan sel tubuh untuk meningkatkan aktivitas metabolisme mereka. Kelainan banyaknya hormon tiroid ini yang secara khas mempercepat metabolisme tubuh. Metabolisme adalah proses kimia dan fisika yang menciptakan unsur dan menghasilkan energi yang diperlukan untuk fungsi sel, pertumbuhan dan divisi.
Hipertiroid atau Hipertiroidisme biasanya dapat diatasi dengan obat-obatan. Pilihan lainnya adalah pembedahan untuk mengangkat kelenjar tiroid atau pemberian yodium radiaktif. Setiap pengobatan memiliki kelebihan dan kekurangan.
Agar bekerja sebagaimana mestinya, kelenjar tiroid memerlukan sejumlah kecil yodium : Jumlah yodium yang berlebihan bisa menurunkan jumlah hormon yang dibuat dan mencegah pelepasan hormon tiroid. Karena itu untuk menghentikan pelepasan hormon tiroid yang berlebihan, bisa diberikan yodium dosis tinggi. Pemberian yodium terutama bermanfaat jika hipertirodisme harus segera dikendalikan (misalnya jika terjadi badai tiroid atau sebelum dilakukan tindakan pembedahan).
Yodium tidak digunakan pada pengobatan rutin atau pengobatan jangka panjang. Propiltiourasil atau metimatol merupakan obat yang paling sering digunakan untuk mengobati hipertiroidisme. Obat ini memperlambat fungsi tiroid dengan cara mengurangi pembentukan hormon tiroid oleh kelenjar. Kedua obat tersebut diberikan per-oral (ditelan), dimulai dengan dosis tinggi. Selanjutnya disesuaikan dengan hasil pemeriksaan darah terhadap hormon tiroid.
Tiroiditis adalah radang kelenjar tiroid yang biasanya diikuti dengan gejala hipertiroid. Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada wanita setelah melahirkan, yang beberapa bulan kemudian timbul gejala hipotiroid. Sebagian besar akan pulih kembali menjadi normatiroid. Setelah pengobatan dengan radiasi yodium radiaktif, atau setelah tindakan beda, jaringan tiroid menjadi tidak berdungsi atau terambil semua oleh operasi mata akan timbul gejala hipotiroid.
Hormon-hormon tiroid menstimulasi metabolisme dari sel-sel. Mereka diproduksi oleh kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid bertempat pada bagian bawah leher, dibawah Adam's apple. Kelenjar membungkus sekeliling saluran udara (trachea) dan mempunyai suatu bentuk yang menyerupai kupu-kupu yang dibentuk oleh dua sayap (lobes) dan dilekatkan oleh suatu bagian tengah (isthmus).
Kelenjar tiroid mengambil yodium dari darah (yang kebanyakan datang dari makanan-makanan seperti seafood, roti, dan garam) dan menggunakannya untuk memproduksi hormon-hormon tiroid. Dua hormon-hormon tiroid yang paling penting adalah thyroxine (T4) triiodothyronine (T3) mewakili 99.9% dan 0.1% dari masing-masing hormon-hormon tiroid. Hormon yang paling aktif secara biologi (contohnya, efek yang paling besar pada tubuh) sebenarnya adalah T3. Sekali dilepas dari kelenjar tiroidkedalam darah, suatu jumlah yang besar dari T4 dirubah ke T3 - hormon yang lebih aktif yang mempengaruhi metabolisme sel-sel. Dan tiroid sendiri diatur oleh kelenjar lain yang berlokasi di otak, disebut pituitari. Pada gilirannya, pituitari diatur sebagian oleh hormon tiroid yang beredar dalam darah (suatu efek umpan balik dari hormon tiroid pada kelenjar pituitari) dan sebagian oleh kelenjar lain yang disebut hipothalamus, juga suatu bagian dari otak.
Hipothalamus melepaskan suatu hormon yang disebut thyrotropin releasing hormone (TRH), yang mengirim sebuah signal ke pituitari untuk melepaskan thyroid stimulating hormone (TSH). Pada gilirannya, TSH mengirim sebuah signal ke tiroid untuk melepas hormon-hormon tiroid. Jika aktivitas yang berlebihan dari yang mana saja dari tiga kelenjar-kelenjar ini terjadi, suatu jumlah hormon-hormon tiroid yang berlebihan dapat dihasilkan, dengan demikian berakibat pada hipertiroid.
Angka atau kecepatan produksi hormon tiroid dikontrol oleh kelenjar pituitari. Jika tidak ada cukup jumlah hormon tiroid yang beredar dalam tubuh untuk mengizinkan fungsi yang normal, pelepasan TSH ditingkatkan oleh pituitari dalam suatu usahanya untuk menstimulasi tiroid untuk memproduksi lebih banyak hormon tiroid. Sebaliknya, ketika ada suatu jumlah berlebihan dari hormon tiroid yang beredar, pelepasan TSH dikurangi ketika pituitari mencoba untuk mengurangi produksi hormon tiroid.

II.II     Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Tiroid

Kelenjat tiroid berbentuk seperti kupu-kupu, terletak di leher, disebelah depan dan samping larynx. Ia disuplai banyak darah, dan mensekresi dua hormon yang mempunyai hubungan erat, yaikni T4 (tetra iodothyronine atau tiroksin) dan T3 (triiodothyronine). Kedua hormon ini penting, yang mengandung zat yodium.

Ø  Kerja T4 dan T3 :
Kedua  hormon tersebut berpengaruh pada pengaturan metabolisme basal tubuh. Hormon ini meningkat kecepatan metabolisme tubuh (konsumsi oksigen) dan memproduksi panas.
Hormon tiroid penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Dengan mendorong sintesa protein pada beberapa jaringan, termasuk jaringan keras (tulang) dan jaringan lunak (otot), kedua hormon mempengaruhi diferensiasi sel dan pertumbuhan. Hormon tiroid bekerjasama dengan growth hormone.
Hormon tiroid mempengaruhi fungsi jantung dan pembuluh darah, seperti meningkatkan debar jantung, kontraksi serta pengaruh katekolamin pada vasa darah. Dengan demikian tekanan darah cenderung meningkat. Hormon tiraoid juga berpengaruh terhadap fungsi otak dan perilaku, mungkin dengan cara meningkatkan katekolamin pada jaringan saraf.

Ø  Kontrol Tiroid :
Sistesa dan pengeluaran hormon tiroid di bawah pengawasan hormon pituitari (TSH= Thyroid Stimulating hormone). TSH ini tidak hanya mendorong sintesa dan sekresi hormon, tetapi juga meningkatlan jumlah sel (hiperplasia) dan ukuran (hipertrofi) kelenjar. Keadaan ini disebut sebagai goiter. Sekresi TSH diatur oleh efek umpanbalik negatif langsung terhadap sirkulasi tiroksin di pituitari seperti juga efek stimulasi TRH (Thyrotropin-releasing hormone) dari hipothalamus. Kenaikan kadar tiroid dalam plasma akan langsung menurunkan pelepasan TSH, dan demikian sebaliknya.
Iod dalam darah dipompa secara aktif ke dalam sel tiroid dan kemudian diangkut secara cepat ke dalam koloid (ruang yang dibentuk oleh folikel yang berisi koloid). Disini terjadi katalisa oleh enzim yang mengoksidasi iod menjadi iodin. Iodin melekat pada residu tirosin (asam amino) dalam tiroglobulin. Selanjutnya terjadi reaksi kimia pada residu tirosin dan menghasilkan tiroksin dan T3. Dalam darah hormon ini terikat dengan spesial protein (Thyroid Binding Protein=TBG) yang membawanya kedalam jaringan target. Dijaringan mereka dilepas untuk masuk kedalam sel target dan mulai bekerja.

Ø  Hipertiroidisme dan hipotiroidisme :
Sekresi berlebihan hormon tiroid (dipertirodisme) sering disertai dengan penyakit otoimun (Graves’ Disease) dimana antibodi melawan reseptor TSH di sel tiroid, secara patologik menstimulasi sel tiroid. Individu dengan hipertiroidisme mempunyai BMR (Basal Metabolisme Rate =kecepatan metabolisme basal) tinggi. Konsekuensi dari BMR yang tinggi adalah produksi panas meningkat, akibatnya adalah cadangan energi (glikogen hati dan lemak tubuh) menipis. Individu mudah tersinggung (irritable) dan gugup (nervous) dan peningkatan aktifitas jantung serta pernafasan. Mata menonjol keluar (exophtalmos). Individu mengalami goiter.
Pada bayi dan anak, defisiensi tiroid (hipotiroidisme) mengakibatkan sindroma kretinisme. Kretin adalah dwarfisme dengan retardasi mental akibat defisiensi pertumbuhan dalam otak. Anak-anak perutnya buncit, mandibula kecil, lidah besar, leher pendek. Kretin dapat disebabkan oleh defisiensi iod pada ibu hamil, kongenital tak punya tiroid, abnormalitas tiroid.
Pada orang dewasa, hipotiroidisme mengakibatkan sindroma myxedema. Individu dengan myxedema BMR nya kecil (kurang dari 40%), kulit tebal, muka bengkak(edema), suara berat, rambut kasar. Aktifitas mental dan fisik lambat dan menunjukkan gangguan perilaku. Hipotirodisme dapat disebabkan oleh gangguan tiroid atau kegagalan hipotalamus.

Ø  Insiden :
Lebih dominan pada wanita daripada pria  yaitu 4 : 1 (Luckman, 1996), terutama pada wanita antara usia 20 thn-40 thn.


II.III    ETIOLOGI

Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid yaitu :
1)      Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan merupakan penyebab hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan. Wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Di duga penyebabnya adalah penyakit autonoium, dimana antibodi yang ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid stimulating.
Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO) dan TSH receptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres, merokok, radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar, terasa seperti ada pasir di mata, mata dapat menonjol keluar hingga double vision. Penyakit mata ini sering berjalan sendiri dan tidak tergantung pada tinggi rendahnya hormon teorid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi merah, kehilangan rasa sakit, serta berkeringat banyak.

2)      Toxic Nodular Goiter
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa satu atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu tidak terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon tiroid yang berlebihan.

3)      Minum obat Hormon Tiroid berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan kontrol ke dokter yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid, ada pula orang yang minum hormon tiroid dengan tujuan menurunkan badan hingga timbul efek samping.

4)      Produksi TSH yang Abnormal
Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan, sehingga merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.

5)      Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis pasca persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3 bulan kemudian keluar gejala hpotiroid.

6)      Konsumsi Yoidum Berlebihan
Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini biasanya timbul apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar tiroid.

II.IV    PATOFISIOLOGI

Sebagaimana disebutkan bahwa kasus hipertiroidisme banyak ditemukan pada kasus graves’ desease dan  juga struma nodosa toksik.
Terjadinya hipertiroidisme akan meningkatkan sirkulasi hormon tiroid yang berlebihan sehingga mengakibatkan meningkatnya metabolisme dan stimulasi sistem saraf simpatis. Pengaruh hipertiroidisme akan meningkatkan heart rate dan stroke vulume sehingga cardiac output akan meningkat dan akan terjadi peningkatan aliran darah perifer.
Peningkatan hormon tiroid akan meningkatkan metabolisme protein, karbihidrat, dan lemak sehingga lemak tubuh akan berkurang/menurun dan terjadi penurunan toleransi glukosa. Lebih lanjut akan mengakibatkan penurunan kalori dan defisiensi nutrisi. Nafsu makan menurun akibat adanya stimulasi simpatis, klien akan kehilangan berat badan, kadang-kadang terjadi hipermotilitas usus dan terjadi diare.
Disamping itu akan terjadi meningkatan toleransi suhu tubuh dan terjadi diaporesis yang berlebihan. Rambut mudah gugur, kulit teraba hangat, emosi labil.
Akibat stimulai simpatis yang terjadi secara terus menerus akan menyebabkan beban kerja jantung akan meningkat yang juga disebabkan oleh meningkatnya metabolisme, sehingga klien akan mengalami gagal jantung.







II.V           MANIFESTASI KLINIS

1.      Gelisah (peka rangsang berlebihan dengan emosional), mudah marah, ketakutan, tidak dapat duduk dengan tenang, menderita karena palpitasi, nadi cepat dalam istirahat dan latihan.
2.      Toleransi terhadap panas buruk dan banyak berkeringat, kulit kemerahan dan mudah menjadi lunak,hangat dan lembab.
3.      Pasien lansia mungkin mengeluhkan kulit kering gatal-gatal menyebar
4.      Mungkin teramati tremor halus tangan
5.      Mungkin menunjukkan eksoftalmus
6.      Gejala lain mencangkup peningkatan nafsu makan dan masukan diet, penurunan berat badan progresif,otot secara abnormal mudah letih, kelemahan,amenore, dan perubahan fungsi usus (diare)
7.      Kisaran nadi antara 90 dan 100 kali permenit, tekanan darah sistolik (bukan diastolic) meningkat.
8.      Mungkin terjadi fibrilasi atrium dan dekompensasi jantung dalam bentuk gagal jantung kongestif, terutama pada pasien lansia.
9.      Osteoporosis dan fraktur
10.  Penyekit dapat ringan dengan eksaserbasi dan remisi, berakhir dengan pemulihan spontan dalam beberapa bulan atau tahun
11.  Mungkin berkembang perilaku tidak mempunyai belas kasihan kelompok menyebabkan tubuh kurus, sangat gelisah, delirium,disorientasi, akhirnya gagal jantung
12.  Gelisah dapat disebabkan oleh pemberian hormone tiroid yang berlebihan untuk mengobati hipertiroidisme

II.VI    DAMPAK HIPERTIROIDISME TERHADAP SISTEM TUBUH

Neurologis                   : Tremor pada tangan dan mata, nervous, insomnia,
emosi labil, meningkatnya refleks.
Sensoris                       : Mata kabur, photophobia, lakrimasi, exopthalmos.
Endokrin                     : Goiter.
Respirasi                      : Dispnea.
Kardiovaskuler            : Hipertensi, takikardia, aritmia, palpitasi.
Gastrointestinal           : Nausea, vomiting, diare, abdominal pain.
Reproduksi                  : Amenorrhea (wanita), kemandulan (wanita),
menurunnya libido (pria), impotensi (pria).
Muskuloskletal            : Penurunan kekuatan otot, kelemahan, fatigue.
Integumen                   : Rambut kasar dan jarang, kulit kasar.
Akibat metabolisme    : hiperthermia, diaphoresis, lapar, penurunan berat
badan, penurunan volume cairan.

ð    GRAVES’ DESEASE 

Penyakit Graves adalah penyakit otoimun dimana tiroid terlalu aktif, menghasilkan jumlah yang berlebihan dari hormon tiroid (ketidakseimbangan metabolisme serius yang dikenal sebagai hipertiroidisme dan tirotoksikosis) dan kelainannya dapat mengenai mata dan kulit.
Lebih sering terjadi pada wanita dari pada pria yaitu 7-10 kali lebih banyak. Terutama pada wanita yang berusia 40 tahun. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi faktor herediter dan stres emosi merupakan faktor pendorong.
Graves’ disease umumnya diklasifikasikan sebagai gangguan multi sistem autoimmune yang dipercaya menghasilkan stimulasi pada kelenjar tiroid, yaitu Long-Acting Thyroid Stimulator (LATS).
Adanya LATS dalam plasma kemungkinan di stimulasi oleh Ig G (Thyroid-Stimulating immuno globulin), tetapi mekanisme secara nyata hubungannya dengan pengaruh Ig G tidak diketahui.
Stimulasi menyebabkan meningkatnya produksi hormon tiroid, yang menyebabkan terjadinya pembesaran kelenjar tiroid dan exopthalmos.
Terjadinya exopthalmos (penonjolan bola mata) akibat adanya akumulasi deposit lemak dan peradangan dalam retro-orbital tissue (jaringan dibelakang mata), yang mengakibat bola mata terdorong kedepan, karena kelopak mata akan tertarik, akibatnya sukar untuk mengedipkan mata (tatapan yang tidak berkedip = Unblinking Stare). Klien akan mengalami penurunan ketajaman penglihatan, nyeri pada bola mata, lakrimasi, dan photophobia.
Akibat ketidak mampuan menenutup bo;a mata sehingga kornea menjadi kering (corneal dryness), iritasi, infeksi, dan terjadi ulserasi.

ð    TOXIC MULTINODULAR GOITER 
Terjadi pembesaran kelenjar tiroid (goiter) akibat hipertrofi kelenjar karena peningkatan TSH ( terjadi pada saat jumlah hormon tiroid yang bersirkulasi mengalami defisiensi).
Ditandai dengan adanya goiter yang pertumbuhannya lebih kecil dari pada graves disease, pembesaran ini baru dapat diketahui bila dilakukan palpasi. Nodul dapat berupa jinak atau ganas. Klien dengan penyakit ini sering terjadi pada wanita usia 60 – 70 tahun.

ð    THYROID CRISIS (THYROID TORM)

Suatu keadaan yang ekstrim dari hipertiroidisme. Saat ini jarang ditemukan karena adanya diagnosa penyakit yang tepat dan pengobatan yang cepat. Terjadi pada klien yang tidak mengalami pengobatan hipertiroidisme (sering pada graves disease) ditambah dengan klien yang sering mengalami stressor seperti penyakit infeksi, trauma, diabetes yang tidak terkontrol, atau pengangkatan tiroid saat pembedahan. Penyakit ini sangat mengamcam kehidupan.
Peningkatan metabolisme yang cepat akan mengakibatkan produksi hormon tiroid akan meningkat secara berlebihan yang dimanfestasikan dengan thyroid crisis. M,anifestasi klinik berupa hipertermia,takikardia, hipertensi sistolik,gangguan pada gastrointestinal (abdominal pain, vomiting, diare).  Yang sering terjadi yaitu agitasi, gelisah, dan tremor. Lebih berkembang lagi kearah confusio, psikosis, delirium, dan kejang. Mungkin dapat berlanjut kedalam koma.
Pengobatan yang cepat akan dapat mencegah kematian. Pengobatan berupa menghilangkan respiratory disress, mempertahankan fungsi kardiovaskuler, dan menurunkan sekresi dan sintesa hormon tiroid.

ð    STIMULASI  TSH YANG BERLEBIHAN

Overproduksi TSH oleh pituitary akan mengakibatkan stimulasi hormon tiroid yang berlebihan. Peningkatan sekresi TSH akibat adanya adenoma pada pituitary. Keadaan merupakan bentuk hipertiroidisme yang jarang terjadi.


ð    TIROIDITIS

Yaitu inflamasi kelenjar tiroid yang sering disebabkan oleh infeksi virus pada kelenjar tiroid. Gejala berhubungan dengan peradangan akut dan efek peningkatan hormon tiroid.

II.VII  TINDAKAN KOLABORATIF

Penanganan hipertiroidisme diarahkan kepada menurunkan produksi hormon tiroid pada kelenjar tiroid, yaitu mempertahankan tetap dalam keadaan normal (euthyroid), dan mencegah atau mengobati komplikasi. Penanganan mempertimbangkan usia dan kondisi fisik klien, Penanganan bisa berupa pengobatan farmakologi, terapi radioctive iodine, atau pembedahan.
Pemeriksaan laboratorium/Test diagnostik :
a.       Test TA  
Serum thyroid antibodies (TA) dilakukan untuk menentukan  apakah penyebabknya akibat penyakit autoimmune. Misalnya bila terjadi peningkatan dapat didiagnosa sebagai graves’ disease.

b.      Test TSH
Serum thyroid-stimulating hormone. Pemeriksaan ini dilakukan untuk membandingkan TSH dari pituitary dengan T4. Penurunan T4 dan keadaan normal atau meningkat pada TSH dapat berindikasi gangguan tiroid. Gangguan pada pituitary berindikasi pada penurunan T4 dan TSH.

c.       Test T4
Serum thyroxine (T4) dilakukan untuk menentukan konsentrasi homrmon tiroid dan ini merupakan test fungsi kelenjar tiroid. Peningkatan T4 menunjukkan hipertiroidisme dan tiroiditis akut.

d.      Test T3
Serum triidiodothyronine (T3). Test ini efektif untuk mendiagnosa hipertiroidisme (khususnya T3 thyrotoxicosis). Peningkatan T3 dapat juga ditemukan pada tiroiditis.


ð    Pengobatan Farmakologi

Pengobatan dengan anti tiroid akan mernurunkan  produksi homrmon tiroid. Pengobatan ini tidak mempengaruhi aktifitas hormon yang sudah terbentuk. Pengaruh pengobatan ini tidak dapat dilihat pada beberapa minggu pertama.

ð    Terapi Radiactive

Pada dosis yang lebih besar akan merusak jaringan tiroid sehingga produksi hormon tiroid berkurang. Iodine radiaktif diberikan secara oral. Hasilnya dapat dilihat setelah 6 – 8 minggu. Pengobatan ini kontraindikasi dengan ibu hamil, karena obat ini akan masuk melalui plasenta dan memberikan efek negatif perkembangan kelenjar tiroid janin. Apabila dengan pengobatan ini tidak terkonrol ketat, akan mengakibatkan terjadinya hipotiroidisme, sehingga klien akan mengalami pengobatan hormon tiroid yang lama.

ð    Implikasi pengobatan dengan keperawatan

·         Terapi Iodine
Pada pengobatan ini akan menghambat sintesa hormon tiroid. Ia juga akan menyebabkan hiperplasia tiroid dan mengurangi vaskularisasi pada kelenjar tiroid. Oleh karena itu pengobatan ini sering dilakukan sebelum pembedahan.

·         Tindakan keperawatan
1.      Kaji dipersensitifitas iodine sebelum pemberian obat ini, misalnya kemungkinan terjadi alergi kulit.
2.      Minum banyak untuk menetralisir pengaruh toksikasi.
3.      Diberikan dengan menggunakan sedotan untuk mencegah perubahan warna gigi.
4.      Monitor adanya perdarahan, apabila klien juga mengkonsumsi antikoagulan.
5.      Informasikan pada klien bahwa pengaruh pengobatan biasanya dirasakan pada 1-2 minggu.
6.      Pengobatan jangka panjang tidak efektif untuk mengontrol hipertiroidisme.

·         Pengobatan Antitiroid
Pengobatan ini bertujuan menghambat produksi hormon tiroid, tetapi tidak berpengaruh pada hormon yang sudah terbentuk.. Pada beberapa minggu baru dapat terasa pengaruh pengobatan ini.

·         Tindakan keperawatan
Monitor side effect, pruritus, kemerahan, peningkatan temperatur, pembengkakan pada kelopak mata, anoreksia, kehilangan rasa (pengecap), perubahan menstruasi. Oleh karena pengobatan ini diberikan setiap hari, monitor tekanan darah, dan pertahankan agar tetap stabil. Monitor adanya hipotiroidisme : fatigue, penurunan berat badan. Perhatikan kemungkinan terjadinya perdarahan, nausea, nyeri epigastrium. Segera kolaborasikan dengan dokter. Jika diberikan antikoagulan, agar tetap memonitor adanya perdarahan. Berikan pengobatan secara teratur, dan sampaikan pada klien bahwa pengaruh pengobatan akan dirasakan dalam jangka waktu yang lama.

·         Pembedahan
Beberapa klien mengalami pembesaran kelenjar tiroid yang mengakibatkan penekanan pada esofagus atau trakhea yang menyebabkan kesukaran bernafas dan kesukaran menelan. Pada kasus ini merupakan indikasi dilakukan pengangkatan atau sebagian kelenjar tiroid. Yang paling sering dilakukan adalah pembedahan subtotal thyroidectomy, yaitu tindakan meningggalkan sebagian dengan harapan jaringan tersisa dapat memproduksi hormon tiroid yang cukup sesuai kebutuhan. Total Thyroidectomy dilakukan pada kanker tiroid, dimana klien akan berlanjut dengan pengobatan hormon tiroid sepanjang hidup.
Sebelum pembedahan, klien diusahakan agar kelenjar tiroid mendekati keadaan normal, yaitu dengan terlebih dahulu diberi pengobatan antitiroid guna mengurangi produksi hormon tiroid dan iodine untuk menurunkan vaskularisasi kelenjar dan memperkecil ukuran kelenjar (juga dapat mengurangi perdarahan selama dan setelah pembedahan).

·         Penanganan sebelum pembedahan
Berikan pengobatan antitiroid dan iodine, dan monitor pengaruh samping (Pengobatan antitiroid diberikan sebelum pembedahan dimaksudkan untuk menciptakan kelenjar dalam batas normal. Iodine diberikan sebelum pembedahan untuk menurunkan vaskularisasi pada kelenjar tiroid, dan juga akan mengurangi risiko perdarahan).
Ajarkan klien untuk menaruh kedua tangannya dibagian bawah lehernya pada saat ia ingin bangun, atau batuk( menempatkan kedua tangan menyanggah kepala dan leher dimaksudkan dilakukan pada saat pasca bedah untuk mengurangi regangan/tarikan pada daerah luka).
Jawab pertanyaan klien dengan jelas, dan berikan kesempatan klien untuk mengungkapkan keprihatinannya (Oleh karena insisi/pembedahan dilakukan didasar tenggorokan, maka klien khususnya wanita sering mengungkapkan keprihatinannya terhadap bekas pembedahan. Menjelaskan bahwa bekas luka  hanya merupakan garis tipis saja dan menggunakan perhiasan pada leher akan menutupi bekas tersebut sehingga tidak tampak).

·         Penanganan setelah pembedahan :
Berikan tindakan yang menciptakan rasa nyaman klien, misalnya pemberian analgetik, posisi semi fowler setelah ia sadar dari pengaruh anestesi. Letakkan bantal dibagian bawah kepala dan leher ( Analgetik akan menurunkan poersepsi nyeri dan mengurangi stres fisik selama periode pasca bedah. Pengaturan poisisi semi fowler dan menempatkan bantal dibagian bawah kepala dan leher akan mengurangi regangan pada luka pembedahan).
Berikan perhatian untuk memonitor kemungkinan adanya komplikasi :
a.       Perdarahan, kaji balutan dan area dibagian bawah leher dan bahu kemungkinan adanya perdarahan. Monitor tekanan darah dan denyut nadi untuk mendeteksi adanya syok hipovolume (Vaskularisasi kelenjar akan berisiko perdarahan. Pada lokasi insisi dan dibagian belakang leher kemungkinan adanya perembesan darah. Risiko terjadinya perdarahan pasca pembedahan terjadi pada 12 – 24 jam pertama).
b.      Respiratory distress, Kaji frekuensi pernafasan, iramanya, kedalamannya, dan kekuatannya. Pertahankan oksigen humidifier bila dipasang. Kaji adanya batuk dan nafas dalam. Siapkan peralatan suction, oksigen, dan peralatan tracheostomy agar segera dapat digunakan bila terjadi respiratory distress ( Respiratory distress dapat terjadi akibat adanya perdarahan dan edema . Edema akan menekan trakhea. Terjadinya tetany dan spasme larynx sebagai akibat penurunan hormon sehubungan dengan pengangkatan kelenjar paratiroid. Perhatikan juga kemungkinan adanya kerusakan pada saraf larynx dan spasme pita suara. Alat-a;at agar segera dapat digunakan bila terjadi kondisi emergensi agar segera ditangani).

c.       Mengkaji tanda-tanda defisiensi kalsium yaitu adanya kesemutan pada kaki, jari tangan dan bibir. Kontraksi otot rangka. Tanda2 Chvostek’s dan Trousseau’s, menurunnya kadar kalsium darah. Berikan kalsium glukonat atau kalsium klorida dan segera diberikan via IV (Kelenjar paratiroid berlokasi dekat dengan kelenjar tiroid. Pembedahan kelenjar tiroid dapat mengakibatkan kerusakan kelenjar paratiroid atau ikut terangkat saat pengangkatan kelenjar tiroid, dan akan mengakibatkan terjadinya hipokalsemia dan terjadi tetany. Tetany dapat terjadi antara 1 – 7 hari setelah pembedahan).


























BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

III.I     PENGKAJIAN

A.    Anamnesa
*      Aktivitas / Istirahat
Gejala        Insomnia, sensitivitas meningkat ; Otot lemah,
gangguan koordinasi ; Kelelahan berat.
Tanda       : Atrofi Otot
*      Sirkulasi
Gejala        : Palpitasi, nyeri dada ( angina )
Tanda        : Disritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur ;
Peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat, takikardia ;  Sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis) 
*      Integritas Ego
Gejala        : Mengalami stress yang berat baik emosional maupun
Fisik
Tanda        : Emosi labil (euforia sedang sampai delirium), depresi
*      Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )
1)      Pernafasan B1 (breath)
sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis), frekuensi pernafasan meningkat, dipsneu,dan edema paru.
2)      Kardiovaskular B2 (blood)
hipertensi, aritmia, palpitasi, gagal jantung, limfositosis, anemia, splenomegali, leher membesar
3)      Persyarafan B3 (brain)
Bicaranya cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku, seperti: bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, delirium,psikosis, stupor, koma, tremor halus pada tangan, tanpa tujuan, beberapa bagian tersentak – sentak, hiperaktif refleks tendon dalam (RTD).
4)      Perkemihan B4 (bladder)
oligomenorea, amenorea, libido turun, infertil, ginekomasti
5)      Pencernaan B5 (bowel)
Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah.
6)      Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
rasa lemah, kelelahan

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
2.      Ketidak seimbangan nutirsi kurang dari keb.tubuh  berhubungan  dengan ketidak mampuan mengabsorbsi nutrisi

C.    INTERVENSI KEPERAWATAN

1.      Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan             : setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam suhu
tubuh Normal
Kriteria Hasil   : Tidak ada tanda-tanda dehidrasi,mukosa bibir lembab
Intervensi        :
1.      Berikan kompres air hangat sesuai kebutuhan
R/ Dapat membantu penurunan panas yang dialami pasien
2.      Anjurkan klien menggunakan baju yang dapat menyerap keringat
R/ karena kondisi tubuh yang lembab memicu pertumbuhan jamur sehingga beresiko menimbulkan komplikasi.
3.      Pertahankan lingkungan yang sejuk
R/ untuk membantu menjaga suhu tubuh pasien agar dalam keadaan normal
4.      Kolaborasi dengan TIM medis dalam pemberian obat
R/ membantu menuunkan  suhu tubuh  pasien

2.      Ketidak seimbangan nutirsi kurang dari keb.tubuh  berhubungan  dengan ketidak mampuan mengabsorbsi nutrisi
Tujuan             : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2X
24jam diharapkan kebutuhan nutrisi tercukupi
Kriteria Hasil   : Porsi makan kembali normal BB normal, Pemeriksaan
laboratorium normal dan tidak menunjukan tanda-tanda malnutrisi. Mual(-) Muntah(-).
Intervensi        :
1.      awasi pemasokan diet,berikan makan sedikit tapi sering
R/ untuk menghindari mual dan muntah  dan memenuhi keb.nutrisi pasien
2.      Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering
R/ meningkatkan nafsu makan
3.      Berikan HE tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh
R/ Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi
4.      Kolaborasi dengan TIM medis dalam pemberian obat
R/ Memberikan terapi yang tepat bagi pasien



















BAB IV
PENUTUP

IV.I     Kesimpulan
Hipertiroid adalah suatu ketidakseimbangan metabolik yang merupakan akibat dari produksi hormon tiroid yang berlebihan. (Dongoes E, Marilynn , 2000 hal 708)
Terdapat dua tipe hipertiroidisme yaitu penyakit graves dan goiter nodular toksik. Penyakit Graves adalah suatu gangguan autoimun di mana terdapat suatu defek genatik dalam limfosit Ts dan sel Th merangsang sel B untuk sintesis antibody terhadap antigen tiroid (Dorland, 2005).
 Sedangkan goiter nodular toksik yaitu Peningkatan ukuran kelenjar tiroid akibat peningkatan kebutuhan akan hormon tiroid. Peningkatan kebutuhan akan hormon tiroid terjadi selama periode pertumbuhan atau kebutuhan metabolik yang tinggi misalnya pubertas atau kehamilan. ( Elizabeth J. Corwin, 2009 )




















DAFTAR PUSTAKA

Alexander (1995). Care of the patient in surgery. (10th ed), St.Louis : Mosby.
Doenges, Moorehouse, dan Geissler (1993). Nursing care plans : Guidelines for planning and documenting patient care. (3rd ed), Philadelphia : F.A.Davis Company.
Hudak, Gallo dan Morton (1997). Critical care nursing : A holistic approach. (7th ed), Philadelphia : Lippincott.
LeMone dan Burke (1996). Medical-Surgical Nursing : Critical thinking in client care, California : Addison-Wesley.
Luckman (1996).  Core principles and practice of medical-surgical nursing, Philadelphia : W.B.Saundfers Company.
Mardiati (2000). Faal endokrin. Jakarta ; C.V.Sagung Seto.
Rumahorbo (1997). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem endokrin, jakarta : EGC.
*      Barbara, C. Long.1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan ),Yayasan Ikatan Allumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran: Bandung
*      Corwin, E,J, 2000, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta
*      Syaifudin. 2006. Anatomi Fisiologi. Jakarta : EGC
*      Carpenitto, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. EGC : Jakarta.
*      Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ED : 3 jilid : 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.

Sumber :
http://ennyafsari933.blogspot.com/2013/10/asuhan-keperawatan-hipertiroid.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar