BAB I
PENDAHULUAN
I.I LATAR BELAKANG
Hipertiroidisme dan tirotoksikosis sering
dipertukarkan. Tirotoksikosis berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan
biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid
berlebihan.
Sedangkan hipertiroidisme adalah tirotoksikosis
sebagai akibat produksi tiroid itu sendiri. Tirotoksikosis terbagi atas
kelainan yang berhubungan dengan hipertiroidisme dan yang tidak berhubungan
dengan hipertiroidisme.
Tiroid sendiri diatur oleh kelenjar lain yang
berlokasi di otak, disebut pituitari. Pada gilirannya, pituitari diatur
sebagian oleh hormon tiroid yang beredar dalam darah (suatu efek umpan balik
dari hormon tiroid pada kelenjar pituitari) dan sebagian oleh kelenjar lain
yang disebut hipothalamus, juga suatu bagian dari otak.
Hipothalamus melepaskan suatu hormon yang disebut
thyrotropin releasing hormone (TRH), yang mengirim sebuah signal ke pituitari
untuk melepaskan thyroid stimulating hormone (TSH). Pada gilirannya, TSH
mengirim sebuah signal ke tiroid untuk melepas hormon-hormon tiroid. Jika
aktivitas yang berlebihan dari yang mana saja dari tiga kelenjar-kelenjar ini
terjadi, suatu jumlah hormon-hormon tiroid yang berlebihan dapat dihasilkan,
dengan demikian berakibat pada hipertiroid.Pengobatan hipertiroidisme adalah
membatasi produksi hormon tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi
(obat antitiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi
subtotal).
I.II Rumusan Masalah
1.
Apakah yang
menyebabkan penyakit Hipertiroid ?
2.
Bagaimana gejala
dan pengobatan penyakit Hipertiroid ?
3.
Bagaimana asuhan
keperwatan penyakit Hipertiroid ?
I.III Tujuan
Ø Tujuan Umum
Mampu
menjelaskan apa yang dimaksud dengan Hipertiroid
Ø Tujuan Khusus
1)
Mampu
menjelaskan definisi Hipertiroid
2)
Mampu
menjelaskan penyebab penyakit Hipertiroid
3)
Mampu
menjelaskan gejala dan pengobatan penyakit Hipertiroid
4)
Mampu
menjelaskan Asuhan keperawatan penyakit Hipertiroid
I.IV Manfaat
Manfaat yang
ingin diperoleh dalam penyusunan makalah ini adalah:
1)
Mendapatkan
pengetahuan tentang definisi Hipertiroid
2)
Mendapatkan
pemahaman tentang penyebab penyakit Hipertiroid
3)
Mendapatkan
pemahaman tentang gejala dan pengobatan penyakit Hipertiroid
4)
Mendapatkan
pemahaman tentang Asuhan keperawatan penyakit Hipertiroid
BAB II
PEMBAHASAN
II.I DEFINISI
Hipertiroidisme ( dapat juga disebut Tirotoksikosis)
adalah suatu keadaan dimana terjadinya sekresi yang berlebihan dari hormon
tiroid yang ditandai dengan adanya pembesaran kelenjar tiroid (goiter) dan
adanya exopthalmos.
Hipertiroid
atau Hipertiroidisme adalah suatu keadaan atau gambaran klinis akibat produksi
hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid yang terlalu aktif. Karena
tiroid memproduksi hormon tiroksin dari lodium, maka lodium radiaktif dalam
dosis kecil dapat digunakan untuk mengobatinya (mengurangi intensitas
fungsinya).
Hipertiroid
adalah suatu kondisi dimana suatu kelenjar tiroid yang terlalu aktif
menghasilkan suatu jumlah yang berlebihan dari hormon-hormon tiroid yang beredar
dalam darah.Thyrotoxicosis adalah suatu kondisi keracunan yang disebabkan oleh
suatu kelebihan hormon-hormon tiroid dari penyebab mana saja. Thyrotoxicosis
dapat disebabkan oleh suatu pemasukan yang berlebihan dari hormon-hormon tiroid
atau oleh produksi hormon-hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid.
Kelenjar
tiroid adalah subtansi kimia yang diproduksi oleh kelenjar tiroid dan
dilepaskan kedalam aliran darah. Hormon tiroid saling berinteraksi dengan
hampir seluruh sel tubuh, yang menyebabkan sel tubuh untuk meningkatkan
aktivitas metabolisme mereka. Kelainan banyaknya hormon tiroid ini yang secara
khas mempercepat metabolisme tubuh. Metabolisme adalah proses kimia dan fisika
yang menciptakan unsur dan menghasilkan energi yang diperlukan untuk fungsi
sel, pertumbuhan dan divisi.
Hipertiroid
atau Hipertiroidisme biasanya dapat diatasi dengan obat-obatan. Pilihan lainnya
adalah pembedahan untuk mengangkat kelenjar tiroid atau pemberian yodium
radiaktif. Setiap pengobatan memiliki kelebihan dan kekurangan.
Agar bekerja
sebagaimana mestinya, kelenjar tiroid memerlukan sejumlah kecil yodium : Jumlah
yodium yang berlebihan bisa menurunkan jumlah hormon yang dibuat dan mencegah
pelepasan hormon tiroid. Karena itu untuk menghentikan pelepasan hormon tiroid
yang berlebihan, bisa diberikan yodium dosis tinggi. Pemberian yodium terutama
bermanfaat jika hipertirodisme harus segera dikendalikan (misalnya jika terjadi
badai tiroid atau sebelum dilakukan tindakan pembedahan).
Yodium tidak
digunakan pada pengobatan rutin atau pengobatan jangka panjang. Propiltiourasil atau metimatol merupakan
obat yang paling sering digunakan untuk mengobati hipertiroidisme. Obat ini
memperlambat fungsi tiroid dengan cara mengurangi pembentukan hormon tiroid
oleh kelenjar. Kedua obat tersebut diberikan per-oral (ditelan), dimulai dengan
dosis tinggi. Selanjutnya disesuaikan dengan hasil pemeriksaan darah terhadap
hormon tiroid.
Tiroiditis
adalah radang kelenjar tiroid yang biasanya diikuti dengan gejala hipertiroid.
Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada wanita setelah melahirkan, yang
beberapa bulan kemudian timbul gejala hipotiroid. Sebagian besar akan pulih
kembali menjadi normatiroid. Setelah pengobatan dengan radiasi yodium
radiaktif, atau setelah tindakan beda, jaringan tiroid menjadi tidak berdungsi
atau terambil semua oleh operasi mata akan timbul gejala hipotiroid.
Hormon-hormon
tiroid menstimulasi metabolisme dari sel-sel. Mereka diproduksi oleh kelenjar
tiroid. Kelenjar tiroid bertempat pada bagian bawah leher, dibawah Adam's
apple. Kelenjar membungkus sekeliling saluran udara (trachea) dan mempunyai
suatu bentuk yang menyerupai kupu-kupu yang dibentuk oleh dua sayap (lobes) dan
dilekatkan oleh suatu bagian tengah (isthmus).
Kelenjar
tiroid mengambil yodium dari darah (yang kebanyakan datang dari makanan-makanan
seperti seafood, roti, dan garam) dan menggunakannya untuk memproduksi
hormon-hormon tiroid. Dua hormon-hormon tiroid yang paling penting adalah
thyroxine (T4) triiodothyronine (T3) mewakili 99.9% dan 0.1% dari masing-masing
hormon-hormon tiroid. Hormon yang paling aktif secara biologi (contohnya, efek
yang paling besar pada tubuh) sebenarnya adalah T3. Sekali dilepas dari
kelenjar tiroidkedalam darah, suatu jumlah yang besar dari T4 dirubah ke T3 -
hormon yang lebih aktif yang mempengaruhi metabolisme sel-sel. Dan tiroid
sendiri diatur oleh kelenjar lain yang berlokasi di otak, disebut pituitari.
Pada gilirannya, pituitari diatur sebagian oleh hormon tiroid yang beredar
dalam darah (suatu efek umpan balik dari hormon tiroid pada kelenjar pituitari)
dan sebagian oleh kelenjar lain yang disebut hipothalamus, juga suatu bagian
dari otak.
Hipothalamus
melepaskan suatu hormon yang disebut thyrotropin releasing hormone (TRH), yang
mengirim sebuah signal ke pituitari untuk melepaskan thyroid stimulating
hormone (TSH). Pada gilirannya, TSH mengirim sebuah signal ke tiroid untuk
melepas hormon-hormon tiroid. Jika aktivitas yang berlebihan dari yang mana
saja dari tiga kelenjar-kelenjar ini terjadi, suatu jumlah hormon-hormon tiroid
yang berlebihan dapat dihasilkan, dengan demikian berakibat pada hipertiroid.
Angka atau
kecepatan produksi hormon tiroid dikontrol oleh kelenjar pituitari. Jika tidak
ada cukup jumlah hormon tiroid yang beredar dalam tubuh untuk mengizinkan fungsi
yang normal, pelepasan TSH ditingkatkan oleh pituitari dalam suatu usahanya
untuk menstimulasi tiroid untuk memproduksi lebih banyak hormon tiroid.
Sebaliknya, ketika ada suatu jumlah berlebihan dari hormon tiroid yang beredar,
pelepasan TSH dikurangi ketika pituitari mencoba untuk mengurangi produksi
hormon tiroid.
II.II Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Tiroid
Kelenjat tiroid berbentuk seperti
kupu-kupu, terletak di leher, disebelah depan dan samping larynx. Ia disuplai
banyak darah, dan mensekresi dua hormon yang mempunyai hubungan erat, yaikni T4
(tetra iodothyronine atau tiroksin) dan T3 (triiodothyronine). Kedua hormon ini penting, yang
mengandung zat yodium.
Ø Kerja T4 dan T3 :
Kedua hormon tersebut
berpengaruh pada pengaturan metabolisme basal tubuh. Hormon ini meningkat
kecepatan metabolisme tubuh (konsumsi oksigen) dan memproduksi panas.
Hormon tiroid penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan tubuh. Dengan mendorong sintesa protein pada beberapa jaringan,
termasuk jaringan keras (tulang) dan jaringan lunak (otot), kedua hormon
mempengaruhi diferensiasi sel dan pertumbuhan. Hormon tiroid bekerjasama dengan
growth hormone.
Hormon tiroid mempengaruhi fungsi jantung dan pembuluh
darah, seperti meningkatkan debar jantung, kontraksi serta pengaruh katekolamin
pada vasa darah. Dengan demikian tekanan darah cenderung meningkat. Hormon tiraoid
juga berpengaruh terhadap fungsi otak dan perilaku, mungkin dengan cara
meningkatkan katekolamin pada jaringan saraf.
Ø Kontrol Tiroid :
Sistesa dan pengeluaran hormon tiroid di bawah
pengawasan hormon pituitari (TSH= Thyroid Stimulating hormone). TSH ini tidak
hanya mendorong sintesa dan sekresi hormon, tetapi juga meningkatlan jumlah sel
(hiperplasia) dan ukuran (hipertrofi) kelenjar. Keadaan ini disebut sebagai
goiter. Sekresi TSH diatur oleh efek umpanbalik negatif langsung terhadap
sirkulasi tiroksin di pituitari seperti juga efek stimulasi TRH
(Thyrotropin-releasing hormone) dari hipothalamus. Kenaikan kadar tiroid dalam
plasma akan langsung menurunkan pelepasan TSH, dan demikian sebaliknya.
Iod dalam darah dipompa secara aktif ke dalam sel
tiroid dan kemudian diangkut secara cepat ke dalam koloid (ruang yang dibentuk
oleh folikel yang berisi koloid). Disini terjadi katalisa oleh enzim yang
mengoksidasi iod menjadi iodin. Iodin melekat pada residu tirosin (asam amino)
dalam tiroglobulin. Selanjutnya terjadi reaksi kimia pada residu tirosin dan
menghasilkan tiroksin dan T3. Dalam darah hormon ini terikat dengan spesial
protein (Thyroid Binding Protein=TBG) yang membawanya kedalam jaringan target.
Dijaringan mereka dilepas untuk masuk kedalam sel target dan mulai bekerja.
Ø Hipertiroidisme dan hipotiroidisme :
Sekresi berlebihan hormon tiroid (dipertirodisme)
sering disertai dengan penyakit otoimun (Graves’ Disease) dimana antibodi
melawan reseptor TSH di sel tiroid, secara patologik menstimulasi sel tiroid.
Individu dengan hipertiroidisme mempunyai BMR (Basal Metabolisme Rate
=kecepatan metabolisme basal) tinggi. Konsekuensi dari BMR yang tinggi adalah
produksi panas meningkat, akibatnya adalah cadangan energi (glikogen hati dan
lemak tubuh) menipis. Individu mudah tersinggung (irritable) dan gugup
(nervous) dan peningkatan aktifitas jantung serta pernafasan. Mata menonjol
keluar (exophtalmos). Individu mengalami goiter.
Pada bayi dan anak, defisiensi tiroid (hipotiroidisme)
mengakibatkan sindroma kretinisme. Kretin adalah dwarfisme dengan retardasi
mental akibat defisiensi pertumbuhan dalam otak. Anak-anak perutnya buncit,
mandibula kecil, lidah besar, leher pendek. Kretin dapat disebabkan oleh
defisiensi iod pada ibu hamil, kongenital tak punya tiroid, abnormalitas
tiroid.
Pada orang dewasa, hipotiroidisme
mengakibatkan sindroma myxedema. Individu dengan myxedema BMR nya kecil (kurang
dari 40%), kulit tebal, muka bengkak(edema), suara berat, rambut kasar.
Aktifitas mental dan fisik lambat dan menunjukkan gangguan perilaku.
Hipotirodisme dapat disebabkan oleh gangguan tiroid atau kegagalan hipotalamus.
Ø Insiden :
Lebih dominan pada wanita
daripada pria yaitu 4 : 1 (Luckman, 1996), terutama pada wanita antara
usia 20 thn-40 thn.
II.III ETIOLOGI
Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid yaitu :
1) Penyakit
Graves
Penyakit ini
disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan merupakan penyebab
hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan. Wanita
5 kali lebih sering daripada pria. Di duga penyebabnya adalah penyakit
autonoium, dimana antibodi yang ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid
stimulating.
Immunogirobulin
(TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO) dan TSH receptor
antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres, merokok, radiasi,
kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar, terasa
seperti ada pasir di mata, mata dapat menonjol keluar hingga double
vision. Penyakit mata ini sering berjalan sendiri dan tidak tergantung pada tinggi
rendahnya hormon teorid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi merah,
kehilangan rasa sakit, serta berkeringat banyak.
2) Toxic
Nodular Goiter
Benjolan leher
akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa satu atau banyak. Kata
toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu tidak terkontrol oleh
TSH sehingga memproduksi hormon tiroid yang berlebihan.
3) Minum obat
Hormon Tiroid berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan
kontrol ke dokter yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid,
ada pula orang yang minum hormon tiroid dengan tujuan menurunkan badan hingga
timbul efek samping.
4) Produksi
TSH yang Abnormal
Produksi TSH
kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan, sehingga merangsang tiroid
mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.
5) Tiroiditis
(Radang kelenjar Tiroid)
Tiroiditis sering
terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis pasca persalinan,
dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3 bulan kemudian keluar
gejala hpotiroid.
6) Konsumsi
Yoidum Berlebihan
Bila konsumsi
berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini biasanya timbul apabila
sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar tiroid.
II.IV PATOFISIOLOGI
Sebagaimana disebutkan bahwa kasus hipertiroidisme
banyak ditemukan pada kasus graves’ desease dan juga struma nodosa
toksik.
Terjadinya hipertiroidisme akan meningkatkan sirkulasi
hormon tiroid yang berlebihan sehingga mengakibatkan meningkatnya metabolisme
dan stimulasi sistem saraf simpatis. Pengaruh hipertiroidisme akan meningkatkan
heart rate dan stroke vulume sehingga cardiac output akan meningkat dan akan
terjadi peningkatan aliran darah perifer.
Peningkatan hormon tiroid akan meningkatkan
metabolisme protein, karbihidrat, dan lemak sehingga lemak tubuh akan
berkurang/menurun dan terjadi penurunan toleransi glukosa. Lebih lanjut akan
mengakibatkan penurunan kalori dan defisiensi nutrisi. Nafsu makan menurun
akibat adanya stimulasi simpatis, klien akan kehilangan berat badan,
kadang-kadang terjadi hipermotilitas usus dan terjadi diare.
Disamping itu akan terjadi meningkatan toleransi suhu
tubuh dan terjadi diaporesis yang berlebihan. Rambut mudah gugur, kulit teraba
hangat, emosi labil.
Akibat stimulai simpatis yang terjadi secara terus
menerus akan menyebabkan beban kerja jantung akan meningkat yang juga
disebabkan oleh meningkatnya metabolisme, sehingga klien akan mengalami gagal
jantung.
II.V MANIFESTASI KLINIS
1.
Gelisah (peka
rangsang berlebihan dengan emosional), mudah marah, ketakutan, tidak dapat
duduk dengan tenang, menderita karena palpitasi, nadi cepat dalam istirahat dan
latihan.
2.
Toleransi
terhadap panas buruk dan banyak berkeringat, kulit kemerahan dan mudah menjadi
lunak,hangat dan lembab.
3.
Pasien lansia
mungkin mengeluhkan kulit kering gatal-gatal menyebar
4.
Mungkin teramati
tremor halus tangan
5.
Mungkin
menunjukkan eksoftalmus
6.
Gejala lain
mencangkup peningkatan nafsu makan dan masukan diet, penurunan berat badan
progresif,otot secara abnormal mudah letih, kelemahan,amenore, dan perubahan
fungsi usus (diare)
7.
Kisaran nadi
antara 90 dan 100 kali permenit, tekanan darah sistolik (bukan diastolic)
meningkat.
8.
Mungkin terjadi
fibrilasi atrium dan dekompensasi jantung dalam bentuk gagal jantung kongestif,
terutama pada pasien lansia.
9.
Osteoporosis dan
fraktur
10. Penyekit dapat ringan dengan eksaserbasi dan remisi,
berakhir dengan pemulihan spontan dalam beberapa bulan atau tahun
11. Mungkin berkembang perilaku tidak mempunyai belas
kasihan kelompok menyebabkan tubuh kurus, sangat gelisah,
delirium,disorientasi, akhirnya gagal jantung
12. Gelisah dapat disebabkan oleh pemberian hormone tiroid
yang berlebihan untuk mengobati hipertiroidisme
II.VI DAMPAK HIPERTIROIDISME
TERHADAP SISTEM TUBUH
Neurologis : Tremor pada tangan dan mata, nervous,
insomnia,
emosi labil, meningkatnya refleks.
Sensoris : Mata kabur, photophobia,
lakrimasi, exopthalmos.
Endokrin :
Goiter.
Respirasi :
Dispnea.
Kardiovaskuler : Hipertensi, takikardia,
aritmia, palpitasi.
Gastrointestinal : Nausea, vomiting, diare, abdominal
pain.
Reproduksi : Amenorrhea (wanita), kemandulan
(wanita),
menurunnya libido (pria), impotensi (pria).
Muskuloskletal : Penurunan kekuatan otot,
kelemahan, fatigue.
Integumen : Rambut kasar dan jarang, kulit
kasar.
Akibat
metabolisme : hiperthermia, diaphoresis,
lapar, penurunan berat
badan, penurunan
volume cairan.
ð GRAVES’ DESEASE
Penyakit Graves
adalah penyakit otoimun dimana tiroid terlalu aktif, menghasilkan jumlah yang berlebihan dari hormon tiroid (ketidakseimbangan metabolisme serius yang dikenal sebagai hipertiroidisme dan
tirotoksikosis) dan kelainannya dapat mengenai mata dan
kulit.
Lebih sering terjadi pada wanita
dari pada pria yaitu 7-10 kali lebih banyak. Terutama pada wanita yang berusia
40 tahun. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi faktor herediter dan stres
emosi merupakan faktor pendorong.
Graves’ disease umumnya
diklasifikasikan sebagai gangguan multi sistem autoimmune yang dipercaya
menghasilkan stimulasi pada kelenjar tiroid, yaitu Long-Acting Thyroid
Stimulator (LATS).
Adanya LATS dalam plasma
kemungkinan di stimulasi oleh Ig G (Thyroid-Stimulating immuno globulin),
tetapi mekanisme secara nyata hubungannya dengan pengaruh Ig G tidak diketahui.
Stimulasi menyebabkan
meningkatnya produksi hormon tiroid, yang menyebabkan terjadinya pembesaran
kelenjar tiroid dan exopthalmos.
Terjadinya exopthalmos
(penonjolan bola mata) akibat adanya akumulasi deposit lemak dan peradangan
dalam retro-orbital tissue (jaringan dibelakang mata), yang mengakibat bola
mata terdorong kedepan, karena kelopak mata akan tertarik, akibatnya sukar
untuk mengedipkan mata (tatapan yang tidak berkedip = Unblinking Stare). Klien
akan mengalami penurunan ketajaman penglihatan, nyeri pada bola mata,
lakrimasi, dan photophobia.
Akibat ketidak mampuan menenutup
bo;a mata sehingga kornea menjadi kering (corneal dryness), iritasi, infeksi,
dan terjadi ulserasi.
ð TOXIC MULTINODULAR GOITER
Terjadi pembesaran kelenjar
tiroid (goiter) akibat hipertrofi kelenjar karena peningkatan TSH ( terjadi
pada saat jumlah hormon tiroid yang bersirkulasi mengalami defisiensi).
Ditandai dengan adanya goiter
yang pertumbuhannya lebih kecil dari pada graves disease, pembesaran ini baru
dapat diketahui bila dilakukan palpasi. Nodul dapat berupa jinak atau ganas. Klien dengan penyakit ini sering terjadi pada wanita
usia 60 – 70 tahun.
ð THYROID CRISIS (THYROID TORM)
Suatu keadaan yang ekstrim dari
hipertiroidisme. Saat ini jarang ditemukan karena adanya diagnosa penyakit yang
tepat dan pengobatan yang cepat. Terjadi pada klien yang tidak mengalami
pengobatan hipertiroidisme (sering pada graves disease) ditambah dengan klien
yang sering mengalami stressor seperti penyakit infeksi, trauma, diabetes yang
tidak terkontrol, atau pengangkatan tiroid saat pembedahan. Penyakit ini sangat
mengamcam kehidupan.
Peningkatan metabolisme yang
cepat akan mengakibatkan produksi hormon tiroid akan meningkat secara
berlebihan yang dimanfestasikan dengan thyroid crisis. M,anifestasi klinik
berupa hipertermia,takikardia, hipertensi sistolik,gangguan pada gastrointestinal
(abdominal pain, vomiting, diare). Yang sering terjadi yaitu agitasi,
gelisah, dan tremor. Lebih berkembang lagi kearah confusio, psikosis, delirium,
dan kejang. Mungkin dapat berlanjut kedalam koma.
Pengobatan yang cepat akan dapat
mencegah kematian. Pengobatan berupa menghilangkan respiratory disress,
mempertahankan fungsi kardiovaskuler, dan menurunkan sekresi dan sintesa hormon
tiroid.
ð STIMULASI TSH YANG BERLEBIHAN
Overproduksi TSH oleh pituitary
akan mengakibatkan stimulasi hormon tiroid yang berlebihan. Peningkatan sekresi
TSH akibat adanya adenoma pada pituitary. Keadaan merupakan bentuk
hipertiroidisme yang jarang terjadi.
ð TIROIDITIS
Yaitu inflamasi kelenjar tiroid
yang sering disebabkan oleh infeksi virus pada kelenjar tiroid. Gejala
berhubungan dengan peradangan akut dan efek peningkatan hormon tiroid.
II.VII TINDAKAN KOLABORATIF
Penanganan hipertiroidisme
diarahkan kepada menurunkan produksi hormon tiroid pada kelenjar tiroid, yaitu
mempertahankan tetap dalam keadaan normal (euthyroid), dan mencegah atau
mengobati komplikasi. Penanganan mempertimbangkan usia dan kondisi fisik klien,
Penanganan bisa berupa pengobatan farmakologi, terapi radioctive iodine, atau
pembedahan.
Pemeriksaan laboratorium/Test diagnostik :
a.
Test TA
Serum thyroid antibodies (TA) dilakukan untuk
menentukan apakah penyebabknya akibat penyakit autoimmune. Misalnya bila
terjadi peningkatan dapat didiagnosa sebagai graves’ disease.
b.
Test TSH
Serum thyroid-stimulating hormone. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk membandingkan TSH dari pituitary dengan T4. Penurunan T4 dan
keadaan normal atau meningkat pada TSH dapat berindikasi gangguan tiroid.
Gangguan pada pituitary berindikasi pada penurunan T4 dan TSH.
c.
Test T4
Serum thyroxine (T4) dilakukan untuk menentukan
konsentrasi homrmon tiroid dan ini merupakan test fungsi kelenjar tiroid.
Peningkatan T4 menunjukkan hipertiroidisme dan tiroiditis akut.
d.
Test T3
Serum triidiodothyronine (T3). Test ini efektif untuk
mendiagnosa hipertiroidisme (khususnya T3 thyrotoxicosis). Peningkatan T3 dapat
juga ditemukan pada tiroiditis.
ð Pengobatan Farmakologi
Pengobatan dengan anti tiroid akan mernurunkan
produksi homrmon tiroid. Pengobatan ini tidak mempengaruhi aktifitas hormon
yang sudah terbentuk. Pengaruh pengobatan ini tidak dapat dilihat pada beberapa
minggu pertama.
ð Terapi
Radiactive
Pada dosis yang lebih besar akan merusak jaringan
tiroid sehingga produksi hormon tiroid berkurang. Iodine radiaktif diberikan
secara oral. Hasilnya dapat dilihat setelah 6 – 8 minggu. Pengobatan ini
kontraindikasi dengan ibu hamil, karena obat ini akan masuk melalui plasenta
dan memberikan efek negatif perkembangan kelenjar tiroid janin. Apabila dengan
pengobatan ini tidak terkonrol ketat, akan mengakibatkan terjadinya
hipotiroidisme, sehingga klien akan mengalami pengobatan hormon tiroid yang
lama.
ð Implikasi
pengobatan dengan keperawatan
·
Terapi Iodine
Pada pengobatan ini akan
menghambat sintesa hormon tiroid. Ia juga akan menyebabkan hiperplasia tiroid
dan mengurangi vaskularisasi pada kelenjar tiroid. Oleh karena itu pengobatan
ini sering dilakukan sebelum pembedahan.
·
Tindakan keperawatan
1.
Kaji dipersensitifitas iodine sebelum pemberian obat
ini, misalnya kemungkinan terjadi alergi kulit.
2.
Minum banyak untuk menetralisir pengaruh toksikasi.
3.
Diberikan dengan menggunakan sedotan untuk mencegah
perubahan warna gigi.
4.
Monitor adanya perdarahan, apabila klien juga
mengkonsumsi antikoagulan.
5.
Informasikan pada klien bahwa pengaruh pengobatan
biasanya dirasakan pada 1-2 minggu.
6.
Pengobatan jangka panjang tidak efektif untuk
mengontrol hipertiroidisme.
·
Pengobatan Antitiroid
Pengobatan ini bertujuan
menghambat produksi hormon tiroid, tetapi tidak berpengaruh pada hormon yang
sudah terbentuk.. Pada beberapa minggu baru dapat terasa pengaruh pengobatan
ini.
·
Tindakan keperawatan
Monitor side effect, pruritus, kemerahan, peningkatan
temperatur, pembengkakan pada kelopak mata, anoreksia, kehilangan rasa (pengecap),
perubahan menstruasi. Oleh karena pengobatan ini
diberikan setiap hari, monitor tekanan darah, dan pertahankan agar tetap
stabil. Monitor adanya hipotiroidisme : fatigue, penurunan
berat badan. Perhatikan kemungkinan terjadinya perdarahan, nausea, nyeri
epigastrium. Segera kolaborasikan dengan dokter. Jika diberikan antikoagulan,
agar tetap memonitor adanya perdarahan. Berikan pengobatan secara teratur, dan
sampaikan pada klien bahwa pengaruh pengobatan akan dirasakan dalam jangka
waktu yang lama.
·
Pembedahan
Beberapa klien mengalami pembesaran kelenjar tiroid
yang mengakibatkan penekanan pada esofagus atau trakhea yang menyebabkan
kesukaran bernafas dan kesukaran menelan. Pada kasus ini merupakan indikasi
dilakukan pengangkatan atau sebagian kelenjar tiroid. Yang paling sering
dilakukan adalah pembedahan subtotal thyroidectomy, yaitu tindakan
meningggalkan sebagian dengan harapan jaringan tersisa dapat memproduksi hormon
tiroid yang cukup sesuai kebutuhan. Total Thyroidectomy dilakukan pada kanker
tiroid, dimana klien akan berlanjut dengan pengobatan hormon tiroid sepanjang
hidup.
Sebelum pembedahan, klien diusahakan agar kelenjar
tiroid mendekati keadaan normal, yaitu dengan terlebih dahulu diberi pengobatan
antitiroid guna mengurangi produksi hormon tiroid dan iodine untuk menurunkan
vaskularisasi kelenjar dan memperkecil ukuran kelenjar (juga dapat mengurangi
perdarahan selama dan setelah pembedahan).
·
Penanganan
sebelum pembedahan
Berikan pengobatan antitiroid dan iodine, dan monitor
pengaruh samping (Pengobatan antitiroid diberikan sebelum pembedahan
dimaksudkan untuk menciptakan kelenjar dalam batas normal. Iodine diberikan
sebelum pembedahan untuk menurunkan vaskularisasi pada kelenjar tiroid, dan
juga akan mengurangi risiko perdarahan).
Ajarkan klien untuk menaruh kedua tangannya dibagian
bawah lehernya pada saat ia ingin bangun, atau batuk( menempatkan kedua tangan
menyanggah kepala dan leher dimaksudkan dilakukan pada saat pasca bedah untuk
mengurangi regangan/tarikan pada daerah luka).
Jawab pertanyaan klien dengan jelas, dan berikan
kesempatan klien untuk mengungkapkan keprihatinannya (Oleh karena
insisi/pembedahan dilakukan didasar tenggorokan, maka klien khususnya wanita
sering mengungkapkan keprihatinannya terhadap bekas pembedahan. Menjelaskan
bahwa bekas luka hanya merupakan garis tipis saja dan menggunakan
perhiasan pada leher akan menutupi bekas tersebut sehingga tidak tampak).
·
Penanganan
setelah pembedahan :
Berikan tindakan yang menciptakan rasa nyaman klien,
misalnya pemberian analgetik, posisi semi fowler setelah ia sadar dari pengaruh
anestesi. Letakkan bantal dibagian bawah kepala dan leher ( Analgetik akan
menurunkan poersepsi nyeri dan mengurangi stres fisik selama periode pasca
bedah. Pengaturan poisisi semi fowler dan menempatkan bantal dibagian bawah
kepala dan leher akan mengurangi regangan pada luka pembedahan).
Berikan perhatian untuk memonitor kemungkinan adanya
komplikasi :
a.
Perdarahan, kaji
balutan dan area dibagian bawah leher dan bahu kemungkinan adanya perdarahan.
Monitor tekanan darah dan denyut nadi untuk mendeteksi adanya syok hipovolume (Vaskularisasi
kelenjar akan berisiko perdarahan. Pada lokasi insisi dan dibagian belakang
leher kemungkinan adanya perembesan darah. Risiko terjadinya perdarahan pasca
pembedahan terjadi pada 12 – 24 jam pertama).
b.
Respiratory
distress, Kaji frekuensi pernafasan, iramanya, kedalamannya, dan kekuatannya.
Pertahankan oksigen humidifier bila dipasang. Kaji adanya batuk dan nafas
dalam. Siapkan peralatan suction, oksigen, dan peralatan tracheostomy agar
segera dapat digunakan bila terjadi respiratory distress ( Respiratory
distress dapat terjadi akibat adanya perdarahan dan edema . Edema akan menekan
trakhea. Terjadinya tetany dan spasme larynx sebagai akibat penurunan hormon
sehubungan dengan pengangkatan kelenjar paratiroid. Perhatikan juga kemungkinan
adanya kerusakan pada saraf larynx dan spasme pita suara. Alat-a;at agar segera dapat
digunakan bila terjadi kondisi emergensi agar segera ditangani).
c.
Mengkaji tanda-tanda defisiensi kalsium yaitu adanya
kesemutan pada kaki, jari tangan dan bibir. Kontraksi otot rangka. Tanda2
Chvostek’s dan Trousseau’s, menurunnya kadar kalsium darah. Berikan kalsium
glukonat atau kalsium klorida dan segera diberikan via IV (Kelenjar
paratiroid berlokasi dekat dengan kelenjar tiroid. Pembedahan kelenjar tiroid
dapat mengakibatkan kerusakan kelenjar paratiroid atau ikut terangkat saat
pengangkatan kelenjar tiroid, dan akan mengakibatkan terjadinya
hipokalsemia dan terjadi tetany. Tetany dapat terjadi antara 1 – 7 hari setelah pembedahan).
BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN
III.I PENGKAJIAN
A. Anamnesa
Aktivitas / Istirahat
gangguan koordinasi ; Kelelahan berat.
Tanda : Atrofi Otot
Sirkulasi
Gejala :
Palpitasi, nyeri dada ( angina )
Tanda :
Disritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur ;
Peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat,
takikardia ; Sirkulasi kolaps, syok (krisis
tirotoksikosis)
Integritas Ego
Gejala : Mengalami stress yang berat baik emosional maupun
Fisik
Tanda : Emosi labil (euforia sedang sampai delirium), depresi
Pemeriksaan
Fisik ( ROS : Review of System )
1)
Pernafasan B1 (breath)
sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis), frekuensi
pernafasan meningkat, dipsneu,dan edema paru.
2)
Kardiovaskular B2 (blood)
hipertensi, aritmia, palpitasi,
gagal jantung, limfositosis, anemia, splenomegali, leher membesar
3)
Persyarafan B3 (brain)
Bicaranya cepat dan parau, gangguan status mental dan
perilaku, seperti: bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang,
delirium,psikosis, stupor, koma, tremor halus pada tangan, tanpa tujuan,
beberapa bagian tersentak – sentak, hiperaktif refleks tendon dalam (RTD).
4)
Perkemihan B4 (bladder)
oligomenorea, amenorea, libido
turun, infertil, ginekomasti
5)
Pencernaan B5 (bowel)
Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan
meningkat, makan banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah.
6)
Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
rasa lemah, kelelahan
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Hipertermi
berhubungan dengan proses inflamasi
2.
Ketidak
seimbangan nutirsi kurang dari keb.tubuh berhubungan dengan ketidak
mampuan mengabsorbsi nutrisi
C. INTERVENSI
KEPERAWATAN
1.
Hipertermi
berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama
2x24 jam suhu
tubuh Normal
Kriteria Hasil :
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi,mukosa bibir lembab
Intervensi :
1.
Berikan kompres
air hangat sesuai kebutuhan
R/ Dapat
membantu penurunan panas yang dialami pasien
2.
Anjurkan klien
menggunakan baju yang dapat menyerap keringat
R/ karena kondisi tubuh yang lembab memicu
pertumbuhan jamur sehingga beresiko menimbulkan komplikasi.
3.
Pertahankan
lingkungan yang sejuk
R/ untuk membantu menjaga suhu tubuh pasien agar dalam
keadaan normal
4.
Kolaborasi
dengan TIM medis dalam pemberian obat
R/ membantu menuunkan suhu tubuh
pasien
2.
Ketidak
seimbangan nutirsi kurang dari keb.tubuh berhubungan dengan ketidak
mampuan mengabsorbsi nutrisi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2X
24jam diharapkan
kebutuhan nutrisi tercukupi
Kriteria Hasil : Porsi makan kembali normal BB
normal, Pemeriksaan
laboratorium normal dan tidak menunjukan tanda-tanda
malnutrisi. Mual(-) Muntah(-).
Intervensi :
1.
awasi pemasokan
diet,berikan makan sedikit tapi sering
R/ untuk menghindari mual dan muntah dan
memenuhi keb.nutrisi pasien
2.
Anjurkan pasien
makan sedikit tapi sering
R/ meningkatkan nafsu makan
3.
Berikan HE
tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh
R/ Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi
4.
Kolaborasi
dengan TIM medis dalam pemberian obat
R/ Memberikan terapi yang tepat bagi pasien
BAB IV
PENUTUP
IV.I Kesimpulan
Hipertiroid
adalah suatu ketidakseimbangan metabolik yang merupakan akibat dari produksi
hormon tiroid yang berlebihan. (Dongoes E, Marilynn , 2000 hal 708)
Terdapat dua
tipe hipertiroidisme yaitu penyakit graves dan goiter nodular toksik. Penyakit
Graves adalah suatu gangguan autoimun di mana terdapat suatu defek genatik
dalam limfosit Ts dan sel Th merangsang sel B untuk sintesis antibody terhadap
antigen tiroid (Dorland, 2005).
Sedangkan
goiter nodular toksik yaitu Peningkatan ukuran kelenjar tiroid akibat
peningkatan kebutuhan akan hormon tiroid. Peningkatan kebutuhan akan hormon
tiroid terjadi selama periode pertumbuhan atau kebutuhan metabolik yang tinggi
misalnya pubertas atau kehamilan. ( Elizabeth J. Corwin, 2009 )
DAFTAR
PUSTAKA
Alexander (1995). Care of the patient in surgery.
(10th ed), St.Louis : Mosby.
Doenges, Moorehouse, dan Geissler (1993). Nursing
care plans : Guidelines for planning and documenting patient care. (3rd
ed), Philadelphia : F.A.Davis Company.
Hudak, Gallo dan Morton (1997). Critical care
nursing : A holistic approach. (7th ed), Philadelphia :
Lippincott.
LeMone dan Burke (1996). Medical-Surgical Nursing :
Critical thinking in client care, California : Addison-Wesley.
Luckman (1996). Core principles and practice
of medical-surgical nursing, Philadelphia : W.B.Saundfers Company.
Mardiati (2000). Faal endokrin. Jakarta ;
C.V.Sagung Seto.
Rumahorbo (1997). Asuhan
keperawatan klien dengan gangguan sistem endokrin, jakarta : EGC.
Barbara, C. Long.1996. Perawatan
Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan ),Yayasan Ikatan Allumni
Pendidikan Keperawatan Padjajaran: Bandung
Corwin, E,J, 2000, Buku Saku
Patofisiologi, EGC, Jakarta
Syaifudin. 2006. Anatomi Fisiologi.
Jakarta : EGC
Carpenitto, Lynda Juall. 1999. Rencana
Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. EGC : Jakarta.
Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta
Kedokteran, ED : 3 jilid : 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
Sumber :
http://ennyafsari933.blogspot.com/2013/10/asuhan-keperawatan-hipertiroid.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar