Kamis, 15 Agustus 2013

KELUHAN DAN GEJALA YANG TAMPAK PADA PENURUNAN HORMON ANDROGEN (share)



TUGAS BIOLOGI
KELUHAN DAN GEJALA YANG TAMPAK PADA PENURUNAN HORMON ANDROGEN
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4
1.    Dea Wulandari
2.    Jenwari
3.    Messy
4.    Ovie Damayanti
5.    Patimah
6.    Dadang S
7.    Yuliah
DOSEN PEMBIMBING    : EVI SUPARMY, S. Pd

AKADEMIK KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN
TAHUN AKADEMIK 2012/2013


KELUHAN DAN GEJALA YANG TAMPAK PADA PENURUNAN HORMON ANDROGEN

            Testosteron adalah hormon steroid dari kelompok androgen. Penghasil utama testosteron adalah testis pada Pria dan indung telur (ovari) pada wanita, walaupun sejumlah kecil hormon ini juga dihasilkan oleh zona retikularis korteks kelenjar adrenal. Hormon ini merupakan hormon seks pria utama dan merupakan steroid anabolik. Baik pada pria maupun wanita, testoren memegang peranan penting bagi kesehatan. Fungsinya antara lain adalah meningkatkan libido, energi, fungsi imun, dan perlindungan ada terhadap osteoporosis. Secara rata-rata, pria dewasa menghasilkan testosteron sekitar dua puluh kali lebih banyak daripada wanita dewasa.
Proses Hormon Testosteron Diproduksi Tubuh

Hipotalamus
Produksi testosteron dimulai di kelenjar hipotalamus yang terletak di daerah otak. Karena rangsangan tertentu seperti gairah seksual, tubuh akan mengaktifkan hipotalamus untuk mengeluarkan suatu zat yang disebut gonadotropin-releasing hormone (GnRH).

Kelenjar Pituitari
Setelah GnRH dirilis ke dalam aliran darah, pembuluh darah membawa hormon tersebut ke kelenjar pituitari.
Di kelenjar pituitari, GnRH mengaktifkan kemampuan kelenjar pituitari untuk menghasilkan gonadotropin yang disebut follicle-stimulating hormone dan luteinizing hormone dan memasukkannya ke dalam aliran darah.

Testis
Setelah dalam aliran darah, follicle-stimulating hormone dan luteinizing hormone melakukan perjalanan baik ke testis laki-laki, atau indung telur perempuan.
Dalam testis, hormon tersebut mengaktifkan sel-sel testis yang disebut sel Leydig untuk mensintesis kolesterol sebagai bahan dasar pembentuk hormon testosteron.
Testosteron kemudian dilepaskan ke dalam aliran darah untuk melakukan tugas yang telah ditetapkan oleh hipotalamus.

Ovarium
Pada wanita, sejumlah kecil testosteron diproduksi oleh ovarium. Dalam proses ini, follicle-stimulating hormone dan luteinizing hormone mengaktifkan sel-sel thecal ovarium.
Sel-sel ini juga mampu mensintesis kolesterol dari tubuh menjadi testosteron.

Kelenjar Adrenal
Sejumlah kecil testosteron juga diproduksi dalam kelenjar adrenal. Hal ini dapat terjadi baik pada pria maupun wanita.
Proses ini dilakukan dengan mengaktifkan sel-sel zona reticularis kelenjar adrenal untuk mensintesis kolesterol menjadi testosteron.
            Pada pria usia produktif, sindroma kekurangan testosteron bisa menurunkan kualitas hidup. TDS (testosteron defficiency syndrome) bisa mengarah pada osteoporosis, terbentuknya kolestrol, dan meningkatnya kadar gula darah.
Kisaran normalnya Testosteron adalah antara 12 nmol/l sampai 40 nmol/l. Jika Anda cek ke dokter dan kandungan hormon tersebut di bawah 12 nmol/l maka Anda termasuk TDS (Testosterone Deficiency Syndrome). TDS pada pria adalah suatu keadaan di mana produksi hormon testosteron dari testis (kelenjar seks pada pria) tidak cukup dan mengakibatkan munculnya gejala-gejala kekurangan (defisiensi) hormon testosteron. Bertambahnya umur merupakan penyebab umum terjadinya TDS pada pria. Beberapa studi menunjukkan, TDS umumnya menyerang pria di atas 40 tahun. Selain faktor usia, banyak pria dengan penyakit diabetes mellitus juga memiliki tingkat testosteron yang rendah. Begitu pun pria yang mengalami gangguan fungsi testis, keracunan, tumor, pasca operasi, dan sebagainya.
Yang kerap menimbulkan masalah adalah ketika defisiensi testosteron terjadi pada usia produktif. Masalah muncul, kata Wimpie, karena pada usia ini pria tetap harus bekerja dan menjalankan profesinya. Namun karena terjadi defisiensi hormon testosteron, maka banyak pria di usia produktif yang mengalami penurunan kualitas hidup sehingga produktivitas kerjanya menurun. ''Jadi pria dengan defisiensi testosteron adalah pria yang tidak normal karena kualitas hidupnya berkurang
Karena kekurangan hormon testosteron, seorang pria akan merasakan berbagai keluhan. Tak sekadar membuat resah, keluhan-keluhan itu bahkan bisa membuatnya depresi. Adapun keluhan umum yang dirasakan oleh pria penderita TDS adalah:
1.      Rendahnya dorongan seksual, disfungsi ereksi dan menurunnya frekuensi ereksi, serta produksi sperma terganggu.
2.       Menurunnya massa dan kekuatan otot,
3.      Penurunan massa tulang sehingga meningkatkan risiko fraktur (patah tulang),
4.      Sulit konsentrasi, merasa lelah dan depresi, dan daya tahan tubuh menurun.
5.      Penderita TDS umumnya juga mengalami peningkatan massa lemak yang mengakibatkan komposisi tubuh berubah sehingga terjadi obesitas visceral. Obesitas jenis inilah yang membuat kebanyakan penderita TDS memiliki perut buncit.
6.       Kejadian penyakit kardiovaskuler di kalangan penderita TDS juga meningkat. ''Gangguan perasaan (mood) dan gangguan tidur juga meningkat .


Bila menurunnya testosteron berlangsung sebelum masa pubertas, kedewasaan seksual akan menurun, bahkan tidak muncul, meski tinggi badan tetap menaik dan suara tetap tinggi.
Jika terjadi setelah masa pubertas (karena faktor keturunan atau penyakit misalnya), gejala yang mungkin timbul berupa gangguan tidur, kelelahan kronis, mudah tersinggung, tidak ada daya, nafsu seksual hilang, mudah tegang, muncul rasa panas di sekitar dada dan leher, disfungsi seksual, atau terus menerus berkeringat.
            Jika tidak diobati, penderita TDS akan terus-menerus mengalami keluhan itu. Dorongan seksual tetap rendah, disfungsi ereksi pun tak tertangani. Keadaan ini pada akhirnya bisa membuat penderita depresi berat.

Tanda-Tanda Menurunnya Hormon Testosteron

            Dengan bertambahnya usia pria, produksi hormon testosteron menurun secara bertahap. Jika menurun lebih dari yang seharusnya, pria dapat mengalami berbagai gejala tertentu dan komplikasi. Berikut sembilan  tanda menurunnya produksi hormon testosteron pada pria antara lain:
1. Rendahnya Gairah Seks

            Testosteron berperan dalam mengatur libido seorang pria. Seiring bertambahnya usia, kebanyakan pria akan mengalami penurunan lebih drastis terhadap gairah seks. Rendahnya tingkat testosteron juga dapat membuat Anda sulit untuk mencapai orgasme.

2. Kesulitan Ereksi
Hormon testosteron juga membantu pria mencapai ereksi. Testosteron sendiri tidak menyebabkan ereksi, tetapi merangsang reseptor di otak untuk memproduksi oksida nitrat-sebuah molekul yang memicu ereksi.
Rendahnya testosteron terkait dengan banyak kondisi yang menyebabkan disfungsi ereksi, termasuk obesitas dan diabetes aterosklerosis.

3. Rendahnya Produksi Cairan Semen
Testosteron berperan juga dalam produksi air mani, yaitu cairan yang membantu perkembangan sperma. Pria dengan testosteron rendah akan melihat penurunan jumlah volume spermanya ketika ejakulasi.

4. Rambut Rontok
Produksi rambut dipengaruhi juga oleh hormon testosteron. Kebotakan memang suatu hal yang alami ketika pria bertambah tua, tetapi pria dengan testosteron rendah dapat mengalami kerontokan rambut lebih cepat sebelum usia tuanya.

5. Mudah Lelah
Pria dengan hormon testosteron yang rendah cenderung mudah lalah dan kurang berenergi dalam aktivitasnya sehari-hari.

6. Kehilangan Massa Otot
Karena testosteron juga memiliki peran dalam pembangunan dan penguatan otot, pria dengan testosteron rendah dapat mengalami penurunan massa otot dan kekuatan, terutama di tangan, kaki, atau dada.
7. Kegemukan
Pria dengan testosteron rendah akan mengalami peningkatan lemak tubuh. Meskipun alasan di balik ini kurang begitu jelas, penelitian telah menunjukkan bahwa gen yang mengontrol persentase lemak tubuh juga bertanggung jawab untuk tingkat sirkulasi testosteron pada pria.

8. Penurunan Massa Tulang
Melemahnya tulang atau yang sering disebut dengan osteoporosis dianggap sebagai kondisi yang terjadi hanya pada wanita saja.
Pria dengan testosteron rendah juga dapat mengalami pengeroposan tulang karena produksi testosteron dapat membantu penguatan tulang. Akibatnya pria tersebut lebih rentan terhadap patah tulang, biasanya di pinggul, kaki, tulang rusuk, dan pergelangan tangan.

9. Mood yang Tidak Stabil
Wanita sering mengalami perubahan suasana hati selama menopause, ketika tingkat mereka penurunan estrogen. Pria dengan kadar testosteron rendah juga dapat mengalami gejala yang sama.
Testosteron sering digambarkan sebagai "bahan bakar" pada pria yang dapat meningkatkan suasana hati dan kapasitas mental. Penelitian telah menunjukkan bahwa pria dengan testosteron rendah lebih mungkin mengalami depresi, lekas marah, atau sulit memfokuskan pikiran.

Cara Mendeteksi Gejala Kekurangan Hormon Testosteron

Semua laki-laki pasti akan menghindar dari hal ini yaitu berkurangnya hormon testosteron karena akan mengurangi gairah dan semangat keperkasaan pria tersebut. Hormon testosteron atau hormon seks pria sejatinya akan menurun seiring bertambahnya usia. Penurunan level testosteron ini biasanya ditandai dengan beberapa gejala yang mirip dengan gejala akibat proses penuaan Tanda apa saja yang menunjukkan terjadinya defisiensi testosteron? Testosteron selama ini dikenal sebagai hormon laki-laki, tapi hormon ini juga diperlukan perempuan. Jika kadar hormon ini menurun maka akan muncul keluhan dan bisa menurunkan kualitas hidup seseorang.
Prof Wimpie menuturkan ada beberapa gejala yang timbul jika seseorang mengalami penurunan kadar testosteron, yaitu:

UNTUK PEREMPUAN
1.      Motivasi seksual yang menurun.
2.       Penurunan lubrikasi vagina dan juga fantasi seksnya.
3.      Kepadatan tulang dan massa otot yang berkurang.
4.       Frekuensi insomnia yang meningkat.
5.       Sering mengalami sakit kepala tanpa sebab.
UNTUK LAKI LAKI
1.      Komposisi tubuh yang berubah terutama meningkatnya lemak di perut.
2.      Rambut yang mulai berkurang.
3.      Fungsi seksual yang menurun.
4.       Gangguan tidur dan suasana hati.
5.       Penurunan rasa kenyamanan seperti lelah, depresi, bingung dan berkeringat di malam hari.
"Untuk mendiagnosis penurunan testosteron ini didasarkan pada gejala yang muncul, pemeriksaan fisik dan juga pemeriksaan laboratorium. Pada laki-laki biasanya melakukan Aging Males Symptom (AMS) scale, sedangkan pada perempuan hanya berdasarkan gejala dan pemeriksaan laboratorium," ungkap Prof Wimpie.
Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami defisiensi testosteron atau tidak, bisa dengan cara menjawab pertanyaan berikut ini:
1. Apakah libido dan dorongan seksual menurun akhir-akhir ini?
2. Apakah merasa lemas dan kurang bertenaga?
3. Apakah daya tahan dan kekuatan fisik menurun?
4. Apakah tinggi badan berkurang?
5. Apakah merasa kenikmatan hidup mulai menurun?
6. Apakah sering merasa kesal atau mudah marah?
7. Apakah kekuatan ereksi kurang kuat?
8. Apakah merasakan penurunan kemampuan dalam berolahraga?
9. Apakah sering mengantuk dan tertidur setelah makan malam?
10. Apakah merasakan adanya perubahan atau penurunan prestasi kerja?
"Jika jawaban no 1 dan 7 adalah 'ya' atau ada 3 jawaban yang 'ya' selain pada no tersebut, kemungkinan kadar testosteronnya menurun. Tapi hal ini harus dicek lagi dengan pemeriksaan fisik dan laboratorium," ujar Prof Wimpie yang juga menjadi ketua Asosiasi Seksologi Indonesia (ASI). Untuk mengatasi hal ini bisa dengan cara melakukan testosteron replacement theraphy, yaitu sejenis terapi dengan cara memberikan hormon testosteron yang fungsinya sama dengan testosteron alami di dalam tubuh. Terapi testosteron ini ada dalam bentuk pil atau gel yang berguna untuk short acting dan melalui injeksi untuk long acting.
Untuk perempuan biasanya hanya menggunakan yang short acting dan dosisnya hanya sepertiga atau seperempat dari dosis untuk laki-laki.
"Pengobatan ini berlangsung jangka panjang, sehingga harus terus dimonitor agar bisa meningkatkan kualitas hidupnya. Diperlukan monitoring selama waktu 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan untuk melihat hasilnya dan ada efek samping atau tidak," imbuhnya.
Perawatan testosteron ini tidak hanya meningkatkan fungsi seksual, tapi juga semua aspek yang berperan dalam meningkatkan kualitas hidup.
Berdasarkan penelitian di Departemen Andrologi dan Seksologi Universitas Udayana ditunjukkan bahwa terapi testosteron ini dapat meningkatkan jumlah pembuluh darah dan merangsang jaringan fibrovasculer.









DAFTAR PUSTAKA
Sumber Internet :
GlobalServise .blogspot.com
m.medicalera.com.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar