BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit
yang banyak menyerang Unggas adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh
Cacing, Dan sebagian besar unggas yang memucat banyak diserang adalah ayam
petelur karena ayam petelur memiliki hidup yang lama dan cacing juga memerlukan
waktu lama untuk siklus Yang hidupnya. Berbeda Artikel Baru ayam pedaging Yang
Masa peliharaannya rata-rata Satu Kali Masa Panen Cuma 35 Hari, sehingga untuk
siklus hidup cacing juga Ulasan Sangat
Pendek apalagi untuk menyerang Dan menimbulkan penyakit
Unggas
yang baik adalah unggas yang dapat menghasilkan production yang tinggi, Dan
untuk menghasilkan production yang tinggi, unggas perlu diberi perlakuan yang
baik Artikel Baru memberikan pakan Sesuai Artikel Baru kebutuhannya, Dan dijaga
agar terhindar kebersihan kota bandung bahasa dari berbagai macam penyakit yang
salat satunya adalah penyakit parasit yang di sebabkan oleh cacing, umumnya
pencegahannya dapat dilakukan artikel baru menjaga kebersihan kota bandung
kandang artikel baru rutin melakukan sanitasi kandang. untuk kalurj kami
membuat judul bakrie telecom ik pencegahan penyakit parasit funds unggas,
karena penyakit parasit suami banyak dijumpai dikalangan peternakan peternakan
unggas terutama kelas b menenggah ke bawah secara yang kurang memperhatikan
kebersihan kota bandung kandangnya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimana peyebaran penyakit parasit Yang disebabkan Oleh Cacing Ascariasis?
1.2.2
Bagaimana pencegahan penyakit parasit Yang disebabkan Oleh Cacing Ascariasis?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1
Untuk mengetahui Media Dan Cara penyebaran penyakit parasit Yang disebabkan
Oleh Cacing Ascariasis
1.3.2
Untuk mengetahui pencegahan penyakit Yang di sebabkan Cacing Ascariasis FUNDS
Unggas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.I Cacing Ascariasis
Penyakit
kecacingan disebut juga kecacingan akan menyebabkan kerugian secara ekonomis,
karena unggas penderita mengalami hambatan pertumbuhan, penurunan production
telur, kendaraan bermotor telur regular tidak bisa mencapai maksimal dan mutasi
waktu bertelur yang regular tidak semestinya. Kecacingan funds unggas
disebabkan oleh cacing, yang secara umum terdiri bahasa dari tiga klas, yaitu
klas nematoda, trematoda dan cestoda. penyakit kecacingan akibat cacing
nematoda disebut nnematodosis, yang disebabkan trematoda disebut trematodosis
dan yang disebabkan oleh cestoda disebut cestodosis. (rofik.2010).
Ascariasis
adalah penyakit cacing yang menyerang unggas dan disebabkan oleh ascaridia
galli. Cacing inisial terdapat di usus dan duodenum hewan unggas. Funds ternak
ayam sering menyerang baik tipe pedaging telah dipersyaratkan tipe petelur,
sedangkan ayam buras funds kemungkinan tertular lebih besar karena sistem
pemeliharaan yang prabayar bebas berkeliaran. Beberapa faktor yang mempengaruhi
infeksi cacing a. Galli diantaranya adalah pengunduran, jenis ayam, dosis
infeksi, tipe kandang, nutrisi widyastuti pemeliharaan dan cuaca.
(beriajaya.dkk.2010)
Infeksi ascaridia disebabkan oleh
ascaridia galli, ascaridia dissimilis, ascaridia numidae, ascaridia columbae
dan ascaridia bonase. Ascaridia galliselain berparasit funds ayam juga funds
kalkun, burung adalah yang disebabkan dara, itik dan angsa. Ascaridia galli
merupakan cacing yang sering ditemukan funds unggas dan menimbulkan kerugian
ekonomik yang tinggi, karena menimbulkan kerusakan yang parah pola diklat
bermigrasi funds fase jaringan bahasa dari stadion perkembangan larva. Migrasi
terjadi dalam, lapisan mukosa usus dan menyebabkan pendarahan, apabila lesi
yang ditimbulkan parah maka higher lowest ayam akan turun-drastis. (permin,
jpdkk.2002)
Ascaridia
sp yang diketahui menyerang usus halus unggas.cacing inisial meyebabkan
enteritis terutama funds unggas muda saja. Unggas yang diserang antara lain:
ayam, kalkun, merpati, puyuh.
Siklus
hidup cacing inisial bersifat langsung, meskipun bisa juga sil cacing tanah.
Salah satu contoh spesies dan kultivar yang sering menyerang ayam adalah
ascaridia galli.
Anak
ayam lebih peka terhadap cacing ascaridia galli daripada ayam dewasa.white
leghorn lebih peka daripada ayam ras yang berbaring. Lewat pengunduran tiga
month ayam akan lebih agunan dari, hal inisial berkaitan artikel baru
meningkatnya sel-sel goblet dalam, usus. Cacing muda saja lebih banyak
menimbulkan kerusakan mukosa funds usus, karena larva cacing cenderung
membenamkan memegangi diri funds mukosa sehingga sering menyebabkan perdarahan
dan enteritis. Gejala klinis yang terjadi funds infeksi cacing a. Galli
tergantung funds tingkat infeksi. Funds infeksi kendaraan bermotor akan terjadi
mencret berlendir, selaput lendir pucat, pertumbuhan terhambat, kekurusan,
kelemahan umum dan penurunan production telur. (rofik.2010)
Penyakit
cacing ascaridia galli oleh menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup besar *
bagi peternak. Cacing dewasa hidup di saluran pencernaan, apabila dalam, number
besar maka dapat menyebabkan sumbatan dalam, usus. Penjelasan selanjutnya
menyebutkan bahwa kerugian disebabkan oleh karena cacing menghisap sari makanan
dalam, usus ayam yang ditumpangi sehingga ayam akan menderita kekurangan gisi.
(annonim.2004)
Ascaridi
galli mempunyai ciri-ciri berwarna putih, bentuk bulat, regular tidak bersegmen
dan panjang 6-13 cm. Ascaridia galli umumnya yang jantan berukuran lebih besar
daripada betina. Funds cacing jantan diameter berukuran 30 - 80 mm, sedangkan
funds betina berdiameter 0,5 - 1,2 mm. Gambar .2, memperlihatkan cacing
ascaridia galli ascaridia galli.siklus hidup funds ayam berlangsung 35 hari.
Telur cacing akan keluar lewat tinja ayam dan menjadi infektif dalam, waktu 5
hari funds suhu optimum, yaitu 32 - 340c. Sewaktu ayam sedang makan, telur
infektif tertelan yang kemudian menetas di lumen usus. Larva cacing melewati
usus pindah ke selaput lendir. Periode suhunya terjadi antara 10-17 hari dalam,
masa perkembangan (idi.a.dkk.2001).
Dalam,
waktu 35 hari cacing menjadi dewasa dan mulai bertelur. Sesudah menjadi cacing
dewasa akan meninggalkan selaput lendir dan tinggal di dalam, lumen usus. Ayam
yang masih muda saja pagar peka terhadap kerusakan yang disebabkan oleh cacing
inisial. Apabila cacing genus ascaris yang ditemukan dalam, usus halus terlalu
banyak, ayam akan menjadi kurus. Hal inisial terjadi karena cacing yang
memenuhi usus akan menghambat jalannnya makanan, bahkan cacing mengeluarkan sas
antienzim yang menyulitkan pencernaan makanan. (akoso, bt.1993)
II.II Sanitasi Kandang
Sanitasi
merupakan tindakan pengendalian penyakit sil kebersihan kota bandung. Oleh
karena kalurj untuk memperoleh lingkungan yang anak sepengendali, higienis dan
sehat di tindakan sanitasi harus dilaksanakan artikel baru teratur. Memang
harus diakui bahwa rendahnya sanitasi sering menimbulkan peluang yang ulasan
sangat besar untuk berkembangnya suatu penyakit. Seringkali virus yang
virulensinya tinggi, sejak doc tiba. Keganasan seperti inisial hanya bisa ditekan
artikel baru tindakan sanitasi dan pengelolaan yang baik.
Beberapa
progam sanitasi yang dapat dilakukan secara sederhana, dan dapat menjadi
biosekuriti peternakan * bagi peternak secara mandiri.
A. Istirahat kandang
Langkah
pencegahan penyakit adalah artikel baru mematikan siklus hidup penyakit.
Artinya kemampuan hidup bibit penyakit akan terus berlangsung apabila
mendapatkan induk semang. Istirahat kandang yang cukup berarti kemampuan
serangan suatu bibit penyakit dapat berkurang atau bahkan hilang. Beberapa
program sanitasi dan desinfeksi funds saat istirahat kandang antara lain: buka
file memotong di sekitar kandang, mengapur lantai kandang, dan pemberian
desinfektan.
B. Menjaga kebugaran tubuh
Pencegahan
penyakit dimulai bahasa dari dalam, tubuh ternak. Peningkatan ketahanan tubuh
ternak bahasa dari kondisi stres dan menjaga kebugaran tubuh agar ternak ternak
regular tidak mudah terserang penyakit dan menstabilkan production telur.
Pemberian ramuan obat tradisional yang disamping * mengurangi tingkat resistensi
terhadap ternak history sejarah, gigi dapat menurunkan wesel operasinal
pemeliharaan.
C. Penggunaan desinfektan
Peyemprotan
artikel baru menggunakan desinfekan dilakukan secara periodik agar siklus hidup
bibit penyakit dapat dihilangkan. Penyemprotan desinfektan dapat dilakukan
artikel baru 2 minggu atau sebulan sekali artikel baru menggunakan antiseptik
atau soda abu.sabun, soda abu 5% sebagai pensuci hama kulit, pensuci hama
tangan dan wadah pakan dan udara, menghilangkan kotoran dan agen infeksi.
Sedangkan
alat-alat berat yang biasa digunakan untuk operasional kandang dapat dicuci
antiseptik / alkohol.
D. Jamur atau cendawan
Jamur
atau cendawan dapat tumbuh funds kebersihan kota bandung kandang yang kurang
terjaga, gigi funds kelembaban kandang yang tinggi. Jamur atau cendawan juga
mudah tumbuh funds bahan pakan yang disimpan funds tempat yang lembab. Jamur
yang tercampur dalam, bahan pakan nihil menyebabkan penurunan laju pertambahan
kendaraan bermotor badan ayam.penekanan laju pertumbuhan jamur / cendawan dapat
dilakukan artikel baru melakukan penyemprotan secara formal dehida atau kalium
permanganat (kmno4). (annonim.2010)
Siklus
hidup A.Galli
BAB III
PEMBAHASAN
III.I Pengertian
Cacing secara alami sering ditemukan
pada berbagai unggas liar maupun unggas peliharaan. Pada unggas terdapat dua
golongan utama cacing yaitu Nematoda (cacing gilig) dan Cestoda
(cacing pipih). Nematoda termasuk kelompok parasit yang terpenting pada
unggas sehubungan dengan kerusakan yang ditimbulkan. Kelompok cacing ini
memiliki siklus hidup langsung tanpa membutuhkan hospes intermediar.
Nematoda disebut juga cacing gilig
karena bentuknya bulat, tidak bersegmen dan dilengkapi dengan kutikula yang
halus. Nematoda yang mempunyai siklus hidup langsung melewati 4 tahap perkembangan
sebelum dewasa. Nematoda dewasa yang hidup dalam tubuh unggas yang terinfeksi
akan menghasilkan telur yang dikeluarkan bersama feses. Didalam lingkungan,
jika telur berembrio ditelan oleh ayam maka telur akan menetas didalam
proventriculus hospes dan berkembang menjadi larva yang akan tumbuh menjadi
cacing dewasa didalam tubuh hospes.
Ascaridosis yang disebabkan oleh
cacing Ascahdia galli merupakan penyakit parasitik yang sering
menginfeksi temak unggas, khususnya ayam. Ascaridiosis dapat menyebabkan
penurunan berat badan serta berat karkas (Raote et al., 1991) yang
berkisardari 1,5 gram hingga 250 gram per ekor . Infeksi cacing ini dapat pula
menurunkan jumlah telur dan berat telur hingga mencapai 33% (Tiuria, 1997).
Menurut He et al., (1990) kerugian
aktbat infeksi cacing saluran pencernaan termasuk A. galli diperkirakan
mencapai US $ 2,49 - 3,48 juta per tahun.
Cacing A. galli tersebar
secara meluas pada negara-negara di suluruh dunia. Penyebaran ascaridiosis
dapat terjadi pada keadaan temperatur tropis dan sub-tropis. Ascaridiosis pada
ayam pertama dilaporkan terjadi di Jerman, selanjutnya terjadi di Brazil,
India, Zanzibar, Pilipina, Belgia, China, Kanada, dan Inggeris. Selain pada
ayam, A. galli juga ditemukan pada jenis unggas lainnya seperti angsa,
kalkun, dan pada burung liar. Infeksi Ascaridia disebabkan oleh Ascaridia galli , Ascaridia
dissimilis, Ascaridia numidae, Ascaridia columbae dan Ascaridia
bonase. Ascaridia galli selain berparasit pada ayam juga pada
kalkun, burung dara, itik dan angsa. Ascaridia galli merupakan cacing yang
sering ditemukan pada unggas dan menimbulkan kerugian ekonomik yang tinggi
karena menimbulkan kerusakan yang parah selama bermigrasi pada fase jaringan
dari stadium perkembangan larva.
III.II Klasifikasi Ascaridia galli
Menurut Soulsby (1982), klasifikasi cacing A. galli (Schrank, 1788) (syn.
A. lineata, A. perspicillum) adalah sebagai berikut:
Kelas : Nematoda
Kelas : Nematoda
Sub kelas : Secernentea (Dougherry, 1959)
Ordo : Ascaridia (Skrjabin dan Schulz, 1940)
Ordo : Ascaridia (Skrjabin dan Schulz, 1940)
Superfamili : Ascaridiodea (Railliet dan Henry, 1915)
Famili : Ascarididae (Baird, 1835)
Famili : Ascarididae (Baird, 1835)
Genus
: Ascaridia (Dujardin, 1845)
III.III Morfologi
Ascaridia galli merupakan
parasit besar yang umum terdapat di dalam usus kecil berbagai unggas peliharaan
maupun unggas liar. Penyebarannya luas di seluruhdunia. Cacing A. galli merupakan
cacing terbesar dalam kelas nematoda pada unggas. Tampilan cacing dewasa adalah
semitransparan, berukuran besar, dan berwarna putih kekuning-kuningan
(Admin,2008).
Pada bagian anterior terdapat sebuah
mulut yang dilengkapi dengan tiga buah bibir, satu bibir terdapat pada dorsal
dan dua lainnya pada lateroventral. Pada kedua sisi terdapat sayap yang sempit
dan membentang sepanjang tubuh. Cacing jantan dewasa berukuran panjang 51 – 76
mm dan cacing betina dewasa 72 – 116 mm. Cacing jantan memiliki preanal sucker
dan dua spicula berukuran panjang 1 – 2,4 mm, sedangkan cacing betina memiliki
vulva dipertengahan tubuh. Telur A. galli berbentuk oval, kerabang
lembut, tidak bersegmen, dan berukuran 73–92 x 45–57µm (Levine, 1994).
III.IV Etiologi
Infeksi Ascaridia disebabkan
oleh Ascaridia galli , Ascaridia dissimilis, Ascaridia numidae, Ascaridia
columbae dan Ascaridia bonase. Ascaridia galli selain berparasit pada
ayam juga pada kalkun, burung dara, itik dan angsa. Ascaridia galli merupakan cacing yang sering ditemukan pada unggas
dan menimbulkan kerugian ekonomik yang tinggi karena menimbulkan kerusakan yang
parah selama bermigrasi pada fase jaringan dari stadium perkembangan larva.
Migrasi terjadi dalam lapisan mukosa usus dan menyebabkan pendarahan, apabila
lesi yang ditimbulkan parah maka kinerja ayam akan turun drastic. Ayam yang
terserang akan mengalami gangguan proses digesti dan penyerapan nutrient
sehingga dapat menghambat pertumbuhan.
III.V Siklus Hidup
Daur hidup A. galli bersifat
langsung dan tidak langsung. Telur infektif yang termakan oleh induk semang,
akan menetas di dalam proventrikulus (lambung kelenjar) atau di dalam duodenum
(Soulsby, 1982).
Untuk berkembang menjadi cacing
dewasa, telur nematoda ini akan mengalami empat tingkatan molting. Larva
stadium I (Li) dthasilkan pada molting ke-1 terjadi di dalam telur. Larva
stadium I (Li) molting menjadi larva stadium II (L2) terjadi di dalam lumen
intestin. Larva stadium II (L2) hidup di dalam lumen duodenum selama
9 hah pertama, kemudian masuk ke dalam selaput lendir (mukosa) yang dapat
menimbulkan perdarahan. Selama di dalam selaput lendir, larva mengalami
pertumbuhan ke stadium lebih lanjut yaitu larva stadium III (L3) sekitar hah
ke-8. Selanjutnya L3 molting menjadi larva stadium IV (U )sekitar hah ke-14 -15
pasca infeksi (Soulsby, 1982).
Di dalam perkembangan cacing A. galli, sebagian dari larva mengalami
fase jaringan {"tissue phase") yang dapat berlangsung dari hah
pertama sampai hah ke-26 sesudah infeksi. Menurut Mitchel (1974), fase jaringan
ini terjadi karena larva yang masuk ke dalam selaput lendtr usus mengalami
hambatan perkembangan (tertahan). jadi cacing A. galli hidup di dalam
selaput lendir duodenum mulai hah ke-8 - 17 setelah infeksi. Larva 5 (L5)
(cacing muda) kembali ke dalam lumen duodenum pada hari ke-17 - 18 setelah
infeksi. Cacing muda ini siap berkembang menjadi cacing dewasa. Cacing betina
menurut Ackert (1931) mulai bertelur antara 6-8 minggu pasca infeksi.
Ascaridia galli menimbulkan
efek patogenik terutama ketika masih berbentuk larva di dalam selaput lendir
usus. Larva akan menyebabkan lesio-lesio, perdarahan dan enteritis. Gejala yang
mungkin tampak pada ayam yang terinfeksi adalah anemia, diare, dan rasa haus
yang beriebihan, kaki menjadi pucat dan sayap terkulai. Ayam kelihatan lemas,
malas serta mengantuk. Pada akhirnya pertumbuhan berat badan menjadi terhambat
dan menurun (Calneck, 1991). Setiap ekor cacing A. galli bahkan diduga
dapat menurunkan berat badan ayam sebesar 1,5 gram.
Selanjutnya Calneck (1991)
menjelaskan bahwa pada infeksi berat menyebabkan ayam kehilangan banyak darah,
penurunan kadar gula darah, peningkatan kadar asam urat. Sedangkan Verma et
al, (1993) melaporkan bahwa infeksi oleh cacing ini tidak mempunyai
pengaruh terhadap nilai protein darah, PCV, kadar hemoglobin dan nifai
eritrosit serta leukosit. Ascaridia galli dapat pula menularkan Avian
Rheovirus kepada ayam yang lain (Calneck, 1991).
Dilaporkan pula oleh Calneck (1991)
dan Kusumamihardja (1992) bahwa dalam perkembangannya A. galli dapat
tersasar dan terperangkap di dalam uterus sehingga cacing mi dapat pula
ditemukan di dalam telur ayam. Pada ayam betina infeksi cacing ini dapat
menyebabkan penurunan produksi telur, kehilangan bobot badan walaupun konsumsi
pakannya tetap meningkat. Pada penelitian oleh Suweta (1977) penurunan bobot
badan dan penurunan konsumsi pakan terutama terjadi pada umur 9-21 minggu
setelah infeksi. Ascaridia galli dilaporkan juga menyebabkan
terlambatnya waktu ayam mulai bertelur dan penurunan berat telur sampai sebesar
33% (Matta, 1981; Tiuria, 1991).
Akoso (1998)
mengatakan dalam waktu 35 hari cacing menjadi dewasa dan mulai bertelur.
Setelah cacing ini menjadi dewasa akan meningalkan selaput lendir dan tinggal
di dalam lumen usus. Ayam yang masih muda paling peka terhadap kerusakan yang
disebabkan oleh cacing ini. Dalam umur 2 atau 3 bulan ayam akan membentuk
ketahanan (imunitas jaringan) terhadap cacing gilik. Kresno (2000) menambahkan
infeksi ascaridia galli pada ayam umumnya singkat dan jarang meningalkan
kerusakan permanent. Hal ini disebabkan karena tubuh ayam memiliki suatu
kekebalan yang dapat melindungi tubuh mereka. System ini mampu melakukan reaksi
yang cepat dan tepat untuk menyingkirkan materi asing tersebut. Salah satu
organ yang memiliki system tersebut adalah saluran pencernaan (usus).
III.VI Patogenesis dan Gejalanya
Ayam muda lebih sensitif terhadap
kerusakan yang ditimbulkan Ascaridia galli. Sejumlah
kecil cacing Ascaridia galli yang
berparasit pada ayam dewasa biasanya dapat ditolerir tanpa adnya kerusakan
tertentu pada usus. Infeksi Ascaridia galli dapat
menimbulkan penurunan berat badan, pada kondisi yang berat dapat terjadi penyumbatan
pada usus. (Zalizar dkk., 2005) Ayam yang terinfeksi Ascaridia galli
dalam jumlah besar akan kehilangan darah, mengalami penurunan kadar gula darah,
peningkatan asam urat, atrofi timus, gangguan pertumbuhan, dan peningkatan
mortalitas.
Umur hospes dan derajat keparahan
infeksi oleh Ascaridia galli memegang
peranan penting dalam kekebalan terhadap cacing tersebut. Infeksi A. galli menyebabkan
penurunan berat badan yang signifikan. Hal ini disebabkan karena ascaridiosis
dapat mengganggu efisiensi absorpsi nutrisi yang berlangasung di dalam usus
halus ayam petelur. Sifat penyakit parasitik cacing A. galli biasanya
berjalan kronis sehingga menimbulkan gejala sakit yang perlahan atau subklinis.
Kecacingan tidak menyebabkan mortalitas tetapi menghasilkan morbiditas (Anonim,
2009)
III.VII Gejala Klinis
Apabila jumlah cacing ascaridia galli dalam usus seekor ayam sedikit,
maka cacing tersebut tidak menimbulkan gangguan pada ayam (Akoso, 1998;
Anonimus, 2006). Sauvani (2008) dan Irawan (1996) menambahkan apabila jumlahnya
cukup banyak akan menimbulkan ganguan kesehatan atau kematian terutama pada
anak ayam. Anak ayam yang menderita cacingan akan memperlihatkan tanda-tanda
seperti; tampak kurus, pucat, lemas, sayap agak terkulai, bulunya tidak
mengkilat, terjadi diare bewarna keputih-putihan (seperti kapur, encer dan agak
berlendir), pada anak ayam terjadi kematian yang banyak dan pada yang dewasa
terjadi penurunan produksi telur.
Perubahan Pasca Mati
1.
Perubahan anatomi (makroskopik); kerusakan terbesar
terjadi sewaktu tahap perpindahan dari pertumbuhan larva cacing. Perpindahan
dari dalam lapisan usus dapat menyebabkan radang usus mendarah, cacing dapat
ditemukan secara relatif lebih banyak di lumen usus, seperti terlihat pada
Gambar 1 (Akoso, 1998). Tabbu (2002) menambahkan infeksi Ascaridia galli
dalam jumlah besar akan kehilangan darah, mengalami penurunan kadar gula darah,
peningkatan asam urat, atrofi timus, gangguan pertumbuhan dan peningkatan mortalitas.
2.
Perubahan histopatologi (mikroskopik); biasanya
terlihat bahwa usus terjadi erosi sel epitel dan terlihat adanya hemoragi,
sehingga ayam tersebut didiagnosa menderita ascaridiasis. Hemoragi yang terjadi
pada usus kecil bisa menyebabkan usus mengalami ulserasi sel epitel. Kerusakan
pembuluh darah menyebabkan terjadinya obstruksi akut atau enteristis yang
disebabkan oleh cacing atau protozoa akan terjadi penetrasi yang lebih dalam
pada lapisan usus (Blood and Henderson, 1963). Disamping itu bisa terjadi
nekrosis dan penebalan lokal pada lapisan muskularis yang akan mengakibatkan
usus halus tidak berfungsi secara sempurna (Siahaan, 1993)
Diferential diagnosa
Diagnosa banding ascaridiosis adalah
defisiensi nutrisi
Pengobatan
piperazin.
Selain itu dapat digunakan juga higromisin B dan kumafos melalui pakan untuk
mengendalikan
cacing tersebut. Piperazin memiliki efek narkotika sehingga cacing dapat
dikeluarkan
dalam keadaan hidup oleh adanya peristaltic usus. Pengobatan pencegahan pada
pullet
biasanya diberikan sekitar umur 5 minggu yang diulang pada interval 4 minggu
sampai
ayam
mencapai umur 21 minggu. Pemberian vitamin A selama 5 – 7 hari dapat membantu
kesembuhan mukosa usus yang rusak akibat cacing tersebut.
Pengendalian dan Pencegahan
Pengendalian dan Pencegahan
pengendalian terbaik adalah kombinasi antara
pengobatan preventif dan manajemen yang optimal meliputi sanitasi atau
desinfeksi ketat dan pembasmian lalat.
III.VIII Media dan Cara Penyebaran Cacing
Ascariasis Funds Unggas
Penyebarannya
sil kotoran ayam yang sakit atau alat-alat berat yang ada di sekitar unggas.
Gejala yang terlihat funds unggas yang terinfeksi antara lain lesu, pucat,
kurus dan diikuti artikel baru sayap yang menggantung serta kondisi
berangsur-angsur yang transportation dan selanjutnya diikuti kematian akibat
komplikasi.
Infeksi
ascariasis memiliki tingkat penyebaran lebih luas. Funds usus ayam buras
rata-rata ditemukan 132,27 ekor cacing yang antara lain terdiri bahasa dari
cacing cestoda raillietina spp. Cacing raillietina spp tergolong dalam, filum
platyhelmintes, kelas cestoidea, sub kelas cestoda, ordo cyclophyllidea, famili
davaineidea, genus railietina dan spesies dan kultivar raillietina spp.
Penyebaran
cacing ascariasis funds ayam ulasan sangat dipengaruhi oleh adanya inang antara
telur cacing ascariasis yan g termakan oleh inang antara akan menetas di dalam,
saluran pencernaannya.telur yang berkembang menetas menjadi onkosfir yaitu
telur yang telah berkembang menjadi embrio sel banyak yang dilengkapi artikel
baru 6 buah kait.
Onkosfir
selanjutnya berkembang menjadi sistiserkoid dalam, waktu 3 minggu penghasilan
kena pajak telur termakan oleh inang antara. Sistiserkoid tetep tinggal di
dalam, tubuh inang antara sampai artikel baru inang antara nihil dimakan oleh
inang definitif yaitu ayam. Penghasilan kena pajak ayam memakan inang antara
yang mengandung sistiserkoid, maka sistiserkoid terbebaskan oleh adanya enzim
pencernaan aktivitas. Segera penghasilan kena pajak sistiserkoid prabayar
bebas, skoleksnya mengalami evaginasi dan melekatkan memegangi diri funds
dinding usus. Segmen atau muda terbentuk di daerah adalah leher dan akan
berkembang menjadi segmen yang matang dalam, waktu 3 minggu. Funds saat segmen
atau strobila berproliferasi di dinding leher, sdr sistiserkoid akan mengalami
degenerasi dan menghilang. Selanjutnya sistiserkoid berkembang menjadi cacing
dewasa di dalam, usus ayam dalam, waktu 20 hari.
III.IX Pencegahan Penyakit Unggas yang
Disebabkan oleh Ascariasis
Gejala
klinis akibat cacing ascariasis funds ayam dipengaruhi antara lain oleh status
pakan atau keadaan gizi ternak, number infeksi dan pengunduran ayam. Funds
beberapa jenis infeksi, gejala umum funds ayam atau muda biasanya ditunjukkan
adanya penurunan hormone oleh badan, hilangnya napsu makan, kekerdilan, diare
dan anemia.
Penurunan
production telur dan kesehatan secara umum juga merupakan gejala akibat infeksi
umum cacing ascariasis. Cacing cestoda dalam, number besar akan banyak
mengambil sari makann bahasa dari tubuh inangn sehingga regular tidak jarang
menyebabkan hypoglicemia dan hypoproteinemia.
R.
Cesticillus menyebabkan degenerasi dan inflamasi vili selapit lendir usus di
tempat menempel ujung kait rostellum dan dalam, keadaan infeksi kendaraan
bermotor dapat menyebabkan kekerdilan. Cacing cestoda suami memucat umum
didapati funds ayam artikel baru kerusakan berupa enteritis pendarahan. Cacing
inisial menyebabkan degenerasi dan peradangan funds vili-vili selaput lendir
usus.
Raillietina
echinobothrida menyebabkan diarre berlendir tahap dini. Raillietina
echinobothrida dan raillietina tetragona menyebabkan pembentukan nodul-nodul
funds dinding saluran pencernaan. Diantara kedua jenis cacing cestoda nihil,
yang memucat banyak meninmbulkan kerusakan adalah raillietina echinobothrida.
Raiillietina tetragona dapat menyebabkan penurunan hormone badan dan production
telur funds ras-ras ayam tertentu.
Pengendalian
penyakit cacingan merupakan salat satu pratama afiliasi untuk mendapatkan hasil
peternakan yang optimal. Cara yang dilakukan agar terhindar peternakan bahasa
dari penyakit cacingan adalah artikel baru dilakukannya pencegahan yaitu:
1. Pemberian
obat cacing. Pengobatan akan sia-sia severe penyakit cacingan sudah parah.
Sebaiknya dilakukan secara rutin untuk pengobatan memotong siklus hidup cacing.
Seperti cacing nematoda artikel baru siklus hidup kurang lebih satu setengah
month, maka diberikan pengobatan doa month sekali, gading yang tak retak.begitu
juga artikel baru cestoda. Pemberian obat cacing funds ayam lapisan sebaiknya
diberikan funds pengunduran 8 minggu dan diulang sebelum ayam naik ke kandang
baterai. Sedangkan ayam broiler funds jarang diberikan anthelmintika karena
masa hidupnya pendek.
2. Melakukan
sanitasi kandang dan peralatan peternakan meliputi kandang dibersihkan, dicuci
dan disemprot desinfektan artikel baru serta memotong buka file disekitar
wilayah peternakan.
3. Mengurangi
kepadatan kandang, karena dapat memberi peluang yang tinggi, * bagi infestasi
cacing.
4. Pemberian
ransum artikel baru kandungan mineral dan protein yang cukup untuk menjaga daya
agunan dari tubuh tetap baik.
5. Mencegah
kandang becek, seperti menjaga sampah tetap kering, regular tidak menggumpal
dan regular tidak lembab.
6. Peternakan
dikelola artikel baru baik seperti mengatur number ayam dalam, kandang regular
tidak terlalu padat, ventilasi kandang cukup dan dilakukan sistem
"semuanya keluar".
7. Menjauhkan
unggas artikel baru inang perantaranya (lalat, hama kumbang, bekicot dan
serangga) merupakan hal yang memucat tepat. Memberantas insekta secara rutin
merupakan cara yang memucat murah untuk mengendalikan cacing pita funds unggas
(di samping penyakit before).
Soal penyakit cacing pada ayam ini, pada ayam yang
paling banyak menyerang adalah cacing pita. Terutama pada ayam petelur, karena
ayam ini hidupnya lebih lama dan cacing pun membutuhkan waktu untuk siklus
hidupnya. Berbeda dengan ayam pedaging yang masa peliharaannya rata-rata satu
kali masa panen cuma 35 hari, sehingga untuk siklus hidup cacing juga sangat
pendek apalagi untuk menyerang dan menimbulkan penyakit. Demikian Drh R Budi
Cahyono dari PT Agrotech Veterindo Jaya.
Parasit helmin atau cacing memang secara alami
ditemukan pada berbagai jenis unggas liar dan unggas peliharaan. Beberapa
spesies parasit cacing acap kali ditemukan secara kebetulan pada saat melakukan
bedah bangkai pada ayam.
Di lapangan, ada dua jenis parasit cacing internal
yang sering dijumpai pada unggas seperti Nematoda atau cacing gilig dari jenis
Nemathelminthes dan Cestoda atau cacing pipih dari jenis Platyhelminthes. Dalam
pengendaliannya, dibutuhkan identifikasi spesies yang tepat dan pengetahuan
tentang siklus hidup kedua cacing tersebut.
Nematoda merupakan kelompok parasit cacing yang
terpenting pada unggas, hal ini terkait dengan jumlah spesiesnya dan kerusakkan
yang disebabkan cacing tersebut. Kelompok Nematoda mempunyai siklus hidup
langsung dan tidak langsung.
Pada siklus hidup langsung, Nematoda tidak membutuhkan
inang perantara untuk menginfestasi ayam atau unggas lainnya sedang pada siklus
hidup tidak langsung, Nematoda membutuhkan inang perantara untuk kelangsungan
hidupnya.
Demikian menurut akademisi Fakultas Pertanian dan
Peternakan UIN Suska Riau, seraya menambahkan, banyak jenis Nematoda yang dapat
menyerang ayam peliharaan seperti:
(1)Nematoda yang menyerang saluran pencernaan adalah Capilaria, Gongylonema, Dyspharynx, Tetrameres, Ascaridia, Heterakis, Strongyloides dan Trichostrongylus. Pada bagian ini, yang perlu diwaspadai peternak adalah Capilaria, Ascaridia dan Trichostrongylus yang sering menyerang ayam yang dipelihara dengan sistem ekstensif.
(1)Nematoda yang menyerang saluran pencernaan adalah Capilaria, Gongylonema, Dyspharynx, Tetrameres, Ascaridia, Heterakis, Strongyloides dan Trichostrongylus. Pada bagian ini, yang perlu diwaspadai peternak adalah Capilaria, Ascaridia dan Trichostrongylus yang sering menyerang ayam yang dipelihara dengan sistem ekstensif.
(2) Nematoda
yang dijumpai pada saluran pernafasan adalah Syngamus yang dikenal juga dengan
istilah cacing merah karena warna cacing ini merah atau cacing garpu karena
cacing jantan dan betina dalam kopulasi selalu terlihat seperti hurup “Y”.
(3) Nematoda
yang dapat dijumpai pada mata adalah Oxyspirura. Infeksi Oxyspirura pada ayam
liar seperti ayam kampung sering dijumpai. Cacing ini dijumpai di bawah selaput
niktitan, kantong konjungtiva dan saluran nasolakrimalis mata.
Manifestasi klinis pada ayam yang terinfestasi
Oxyspirura adalah oftalmia atau radang mata yang berat, gelisah dan terus
menerus menggaruk mata yang terlihat basah dan memerah karena radang.
Kemudian selaput niktitan terlihat membengkak, sedikit
menonjol di bawah kelopak mata di bagian sudut mata dan biasanya digerakkan
secara terus menerus sebagai usaha untuk mengeluarkan benda asing dari dalam
mata.
Pada kondisi parah, kelopak mata terlihat bertaut dan
di bawahnya dapat ditemukan material mengeju berwarna putih. Jika tidak
diobati, infestasi Oxyspirura dapat menimbulkan kebutaan pada ayam.
Askaridiasis
pada Ayam
Perkembangan dunia perunggasan di negara kita, memang
sudah banyak menciptakan peluang bisnis. Hal ini disebabkan karena bisnis
perunggasan bisa dijangkau masyarakat kalangan bawah, dapat dipelihara oleh
masyarakat atau peternak dengan lahan yang cukup kecil, kapital “demand power”
yang cukup kuat, menyebabkan ternak ini lebih cepat perkembangannya
dibandingkan dengan perkembangan ternak lain. Demikian Situs Komunitas Dokter
Hewan Indonesia menyatakan.
Namun, menurut mereka, para peternak tidak sedikit
mengalami hambatan dan rintangan selain harga pakan yang terus naik,
obat-obatan yang cukup mahal juga adanya berbagai macam penyakit yang sering
menyerang ternak. Salah satu penyakit pada ayam yang sering ditemui adalah
askaridiasis.
Penyakit ini disebabkan oleh cacing Ascaridia galli
yang menyerang usus halus bagian tengah. Cacing ini menyebabkan keradangan
dibagian usus yang disebut hemorrhagic. Larva cacing ini berukuran sekitar 7mm
dan dapat ditemukan diselaput lendir usus. Parasit ini juga dapat ditemukan
dibagian albumen dari telur ayam yang terinfeksi.
Menurut Situs Komunitas Dokter Hewan Indonesia itu,
infeksi Ascaridia dapat disebabkan oleh Ascaridia galli, Ascaridia dissmilis,
Ascaridia numidae, Ascaridia columbae, Ascaridia compar, dan Ascaridia bonase.
Selain berparasit pada ayam, Ascaridia galli juga ditemukan pada itik, kalkun,
burung dara, dan angsa. Cacing ini tinggal didalam usus halus, berwarna putih,
bulat, tidak bersegmen dan panjangnya sekitar 6-13 cm.
Ascaridia galli merupakan suatu parasit cacing yang
paling sering ditemukan pada unggas peliharaan dan menimbulkan kerugian
ekonomik yang cukup tinggi. Cacing tersebut biasanya menimbulkan kerusakan yang
parah selam bermigrasi pada fase jaringan dari stadium perkembangan larva.
“Migrasi terjadi di dalam lapisan mukosa usus dan
menyebabkan pendarahan (enteritis hemoragi). Jika lesi tersebut bersifat parah,
maka kinerja ayam akan menurun secara dramatis. Ayam yang terinfeksi akan
mengalami gangguan proses digesti dan penyerapan nutrien sehingga dapat
menghambat pertumbuhan,” tambah mereka.
Selanjutnya, cacing Ascaridia bersifat spesifik untuk
suatu spesies tertentu dan tidak ada/hanya sedikit kemungkinan terjadi infeksi
silang antara jenis unggas yang satu dengan yang lainnya. Ascaridia galli
berparasit pada ayam, kalkun, burung dara, itik, dan angsa.
Kaya situ situ, siklus hidup Ascaridia galli tidak
butuh hospes perantara. Penularan cacing tersebut biasanya melalui pakan, air
minum, litter, atau bahan lain yang tercemar oleh feses yang mengandung telur
infektif. Ayam muda lebih sensitif terhadap kerusakan yang ditimbulkan oleh
Ascaridia galii.
Lalu, pada umur 2-3 bulan, ayam akan membentuk
kekebalan berperantara seluler terhadap cacing tersebut. Sejumlah kecil cacing
Ascaridia galli yang berparasit pada ayam dewasa biasanya dapat ditolerer oleh
tanpa adanya kerusakan tertentu pada usus. Infestasi 10 ekor cacing pada ayam
dewasa dianggap tidak berbahaya, namun lebih dari 75 ekor akan menimbulkan
masalah tertentu.
Adapun, infeksi Ascaridia galli dapat menimbulkan
penurunan berat badan yang berhubungan langsung dengan jumlah cacing yang
terdapat didalam tubuh. Status nutrisi dari hospes juga penting karena
penurunan berat badan lebih tinggi dari pada ayam yang diberi pakan dengan
kadar protein tinggi dari pada ayam yang diberi pakan dengan protein lebih
rendah.
Pada infeksi berat dapat terjadi penyumbatan pada usus. Ayam yang terinfeksi Ascaridia galli dalam jumlah besar akan kehilangan darah, mengalami penurunan kadar gula darah, peningkatan asam urat, atrofi timus, gangguan pertumbuhan, dan peningkatan mortilitas.
“Infeksi Ascaridia galli tidak mempengaruhi terhadap kadar protein darah, packed cell-volume (PCV) atau kadar hemoglobin. Penyakit tersebut mempunyai efek sinergistik dengan penyakit lain, misalnya koksidiosis dan Infectious bronchitis (IB). Cacing tersebut juga dapat membawa reovirus dan menularkan virus tersebut,” kata mereka.
Kadang-kadang, Ascaridia galli juga dapat ditemukan
dalam telur ayam, hal ini dapat dihubungkan dengan kemampuan cacing untuk
bermigrasi kedalam oviduk melalui kloaka, sehingga cacing tersebut akan
terbungkus oleh kulit telur.
Selanjutnya, umur ayam dan derajat keparahan infeksi
memegang peranan penting dalam kekebalan terhadap cacing tersebut. Ayam yang
berumur 3 bulan atau lebih menunjukan adanya resistensi terhadap infeksi
Ascaridia galli. Status nutrisi ayam juga mempengaruhi pembentukan kekebalan
terhadap cacing tersebut. Menurut penelitian ayam yang diberikan pakan dengan
kadar vitamin A, B kompleks, kalsium, dan lisin yang tinggi akan meningkatakan
resistensi terhadap Ascaridia galli.
Mengingat bahwa lalat dapat bertindak sebagai vektor
mekanik dari telur Ascaridia galli, maka pengendalian terbaik terhadap cacing
tersebut adalah kombinasi antara pengobatan preventif dan manajemen kandang
yang optimal, meliputi sanitasi/disinfeksi ketat dan pembasmian lalat.
Akhirnya, menurut Situs Komunitas Dokter Hewan
Indonesia itu, pencegahan dan pengobatan pada pullet biasanya diberikan sekitar
umur 5 minggu, kemudian diulang dengan interval 4 minggu sampai ayam mencapai
umur 21 minggu.
BAB IV
PENUTUP
IV.I KESIMPULAN
1. Sanitasi
kandang perlu diperhatikan agar penyebaran penyakit cacingan dan pencegahan
dapat dioptimalkan.
2. Inang-inang
antara sebagai media penyebaran cacing seperti semut bahasa dari genus
tetramorium dan pheidole serta lalat musca domestica dan juga hama kumbang
harus dihindarkan keberadaannya di dalam, kandang ternak.
3. Pencegahan
penyakit cacingan lebih dilakukan artikel baru pemberian obat cacing yaitu
funds ayam lapisan sebaiknya diberikan funds pengunduran 8 minggu dan diulang
sebelum ayam naik ke kandang baterai. Sedangkan ayam broiler funds jarang
diberikan anthelmintika karena masa hidupnya pendek.
4. Mencegah
kandang becek, seperti menjaga sampah tetap kering, regular tidak menggumpal
dan regular tidak lembab juga merupakan upaya pencegahan penyebaran cacing
pita.
IV.II SARAN
Dilakukan
penyuluhan mengenai pentingya sanitasi kandang dalam, upaya melakukan
pencegahan penyebaran berbagai penyakit, terutama penyakit yang disebabkan oleh
cacing.
DAFTAR PUSTAKA
Akoso,
b.t. 1993. Pedoman kesehatan unggas bagi
acute teknis penyuluh dan peternak. Kanisius: Yogyakarta.
Beriajaya.dkk.2010. Masalah arcasiasis funds ayam.balai besar penelitian veteriner.Bogor
Departemen pertanian. 2004. Buku saku peternakan. Direktorat jenderal
bina produksi peternakan: Departemen pertanian.
Dahl,
c., a. Permin, jp christensen, m. Bisgaard, ap muhairwa, kmpetersen, js poulsen
dan a.l. Jensen.2002. Pengaruh concurrent
infectionswith pasteurella multocida dan ascaridia galli pada ayam rentang
gratis. Vet. Microbiol. 86 (4) :313-324.
Horning
g., s. Rasmussenn, a. Permin dan m. Bisgaard. 2003. Investigasi pengaruh parasit cacing pada vaksinasi ayam terhadap virus
penyakit newcastle dalam kondisi desa. Trop. Anim. Hlth. Prod. 35: 415-424.
Idi
a., a. Permin dan k.d. Murrell. 2004. Tuan
usia hanya sebagian mempengaruhi resistensi terhadap infeksi primer dan
sekunder dengan ascaridia galli (schrank, 1788) pada ayam. Vet. Parasitol.
122 (3): 221-231.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar