Rabu, 21 Agustus 2013

Makalah Protozoa (share)



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit yang banyak menyerang Unggas adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh Cacing, Dan sebagian besar unggas yang memucat banyak diserang adalah ayam petelur karena ayam petelur memiliki hidup yang lama dan cacing juga memerlukan waktu lama untuk siklus Yang hidupnya. Berbeda Artikel Baru ayam pedaging Yang Masa peliharaannya rata-rata Satu Kali Masa Panen Cuma 35 Hari, sehingga untuk siklus hidup cacing juga  Ulasan Sangat Pendek apalagi untuk menyerang Dan menimbulkan penyakit
Unggas yang baik adalah unggas yang dapat menghasilkan production yang tinggi, Dan untuk menghasilkan production yang tinggi, unggas perlu diberi perlakuan yang baik Artikel Baru memberikan pakan Sesuai Artikel Baru kebutuhannya, Dan dijaga agar terhindar kebersihan kota bandung bahasa dari berbagai macam penyakit yang salat satunya adalah penyakit parasit yang di sebabkan oleh cacing, umumnya pencegahannya dapat dilakukan artikel baru menjaga kebersihan kota bandung kandang artikel baru rutin melakukan sanitasi kandang. untuk kalurj kami membuat judul bakrie telecom ik pencegahan penyakit parasit funds unggas, karena penyakit parasit suami banyak dijumpai dikalangan peternakan peternakan unggas terutama kelas b menenggah ke bawah secara yang kurang memperhatikan kebersihan kota bandung kandangnya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana peyebaran penyakit parasit Yang disebabkan Oleh Cacing Ascariasis?
1.2.2 Bagaimana pencegahan penyakit parasit Yang disebabkan Oleh Cacing Ascariasis?

1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui Media Dan Cara penyebaran penyakit parasit Yang disebabkan Oleh Cacing Ascariasis
1.3.2 Untuk mengetahui pencegahan penyakit Yang di sebabkan Cacing Ascariasis FUNDS Unggas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.I    Cacing Ascariasis
Penyakit kecacingan disebut juga kecacingan akan menyebabkan kerugian secara ekonomis, karena unggas penderita mengalami hambatan pertumbuhan, penurunan production telur, kendaraan bermotor telur regular tidak bisa mencapai maksimal dan mutasi waktu bertelur yang regular tidak semestinya. Kecacingan funds unggas disebabkan oleh cacing, yang secara umum terdiri bahasa dari tiga klas, yaitu klas nematoda, trematoda dan cestoda. penyakit kecacingan akibat cacing nematoda disebut nnematodosis, yang disebabkan trematoda disebut trematodosis dan yang disebabkan oleh cestoda disebut cestodosis. (rofik.2010).
Ascariasis adalah penyakit cacing yang menyerang unggas dan disebabkan oleh ascaridia galli. Cacing inisial terdapat di usus dan duodenum hewan unggas. Funds ternak ayam sering menyerang baik tipe pedaging telah dipersyaratkan tipe petelur, sedangkan ayam buras funds kemungkinan tertular lebih besar karena sistem pemeliharaan yang prabayar bebas berkeliaran. Beberapa faktor yang mempengaruhi infeksi cacing a. Galli diantaranya adalah pengunduran, jenis ayam, dosis infeksi, tipe kandang, nutrisi widyastuti pemeliharaan dan cuaca. (beriajaya.dkk.2010)
            Infeksi ascaridia disebabkan oleh ascaridia galli, ascaridia dissimilis, ascaridia numidae, ascaridia columbae dan ascaridia bonase. Ascaridia galliselain berparasit funds ayam juga funds kalkun, burung adalah yang disebabkan dara, itik dan angsa. Ascaridia galli merupakan cacing yang sering ditemukan funds unggas dan menimbulkan kerugian ekonomik yang tinggi, karena menimbulkan kerusakan yang parah pola diklat bermigrasi funds fase jaringan bahasa dari stadion perkembangan larva. Migrasi terjadi dalam, lapisan mukosa usus dan menyebabkan pendarahan, apabila lesi yang ditimbulkan parah maka higher lowest ayam akan turun-drastis. (permin, jpdkk.2002)
Ascaridia sp yang diketahui menyerang usus halus unggas.cacing inisial meyebabkan enteritis terutama funds unggas muda saja. Unggas yang diserang antara lain: ayam, kalkun, merpati, puyuh.
Siklus hidup cacing inisial bersifat langsung, meskipun bisa juga sil cacing tanah. Salah satu contoh spesies dan kultivar yang sering menyerang ayam adalah ascaridia galli.
Anak ayam lebih peka terhadap cacing ascaridia galli daripada ayam dewasa.white leghorn lebih peka daripada ayam ras yang berbaring. Lewat pengunduran tiga month ayam akan lebih agunan dari, hal inisial berkaitan artikel baru meningkatnya sel-sel goblet dalam, usus. Cacing muda saja lebih banyak menimbulkan kerusakan mukosa funds usus, karena larva cacing cenderung membenamkan memegangi diri funds mukosa sehingga sering menyebabkan perdarahan dan enteritis. Gejala klinis yang terjadi funds infeksi cacing a. Galli tergantung funds tingkat infeksi. Funds infeksi kendaraan bermotor akan terjadi mencret berlendir, selaput lendir pucat, pertumbuhan terhambat, kekurusan, kelemahan umum dan penurunan production telur. (rofik.2010)
Penyakit cacing ascaridia galli oleh menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup besar * bagi peternak. Cacing dewasa hidup di saluran pencernaan, apabila dalam, number besar maka dapat menyebabkan sumbatan dalam, usus. Penjelasan selanjutnya menyebutkan bahwa kerugian disebabkan oleh karena cacing menghisap sari makanan dalam, usus ayam yang ditumpangi sehingga ayam akan menderita kekurangan gisi. (annonim.2004)
Ascaridi galli mempunyai ciri-ciri berwarna putih, bentuk bulat, regular tidak bersegmen dan panjang 6-13 cm. Ascaridia galli umumnya yang jantan berukuran lebih besar daripada betina. Funds cacing jantan diameter berukuran 30 - 80 mm, sedangkan funds betina berdiameter 0,5 - 1,2 mm. Gambar .2, memperlihatkan cacing ascaridia galli ascaridia galli.siklus hidup funds ayam berlangsung 35 hari. Telur cacing akan keluar lewat tinja ayam dan menjadi infektif dalam, waktu 5 hari funds suhu optimum, yaitu 32 - 340c. Sewaktu ayam sedang makan, telur infektif tertelan yang kemudian menetas di lumen usus. Larva cacing melewati usus pindah ke selaput lendir. Periode suhunya terjadi antara 10-17 hari dalam, masa perkembangan (idi.a.dkk.2001).
Dalam, waktu 35 hari cacing menjadi dewasa dan mulai bertelur. Sesudah menjadi cacing dewasa akan meninggalkan selaput lendir dan tinggal di dalam, lumen usus. Ayam yang masih muda saja pagar peka terhadap kerusakan yang disebabkan oleh cacing inisial. Apabila cacing genus ascaris yang ditemukan dalam, usus halus terlalu banyak, ayam akan menjadi kurus. Hal inisial terjadi karena cacing yang memenuhi usus akan menghambat jalannnya makanan, bahkan cacing mengeluarkan sas antienzim yang menyulitkan pencernaan makanan. (akoso, bt.1993)
II.II   Sanitasi Kandang
Sanitasi merupakan tindakan pengendalian penyakit sil kebersihan kota bandung. Oleh karena kalurj untuk memperoleh lingkungan yang anak sepengendali, higienis dan sehat di tindakan sanitasi harus dilaksanakan artikel baru teratur. Memang harus diakui bahwa rendahnya sanitasi sering menimbulkan peluang yang ulasan sangat besar untuk berkembangnya suatu penyakit. Seringkali virus yang virulensinya tinggi, sejak doc tiba. Keganasan seperti inisial hanya bisa ditekan artikel baru tindakan sanitasi dan pengelolaan yang baik.
Beberapa progam sanitasi yang dapat dilakukan secara sederhana, dan dapat menjadi biosekuriti peternakan * bagi peternak secara mandiri.
A. Istirahat kandang
Langkah pencegahan penyakit adalah artikel baru mematikan siklus hidup penyakit. Artinya kemampuan hidup bibit penyakit akan terus berlangsung apabila mendapatkan induk semang. Istirahat kandang yang cukup berarti kemampuan serangan suatu bibit penyakit dapat berkurang atau bahkan hilang. Beberapa program sanitasi dan desinfeksi funds saat istirahat kandang antara lain: buka file memotong di sekitar kandang, mengapur lantai kandang, dan pemberian desinfektan.
B. Menjaga kebugaran tubuh
Pencegahan penyakit dimulai bahasa dari dalam, tubuh ternak. Peningkatan ketahanan tubuh ternak bahasa dari kondisi stres dan menjaga kebugaran tubuh agar ternak ternak regular tidak mudah terserang penyakit dan menstabilkan production telur. Pemberian ramuan obat tradisional yang disamping * mengurangi tingkat resistensi terhadap ternak history sejarah, gigi dapat menurunkan wesel operasinal pemeliharaan.
C. Penggunaan desinfektan
Peyemprotan artikel baru menggunakan desinfekan dilakukan secara periodik agar siklus hidup bibit penyakit dapat dihilangkan. Penyemprotan desinfektan dapat dilakukan artikel baru 2 minggu atau sebulan sekali artikel baru menggunakan antiseptik atau soda abu.sabun, soda abu 5% sebagai pensuci hama kulit, pensuci hama tangan dan wadah pakan dan udara, menghilangkan kotoran dan agen infeksi.
Sedangkan alat-alat berat yang biasa digunakan untuk operasional kandang dapat dicuci antiseptik / alkohol.
D. Jamur atau cendawan
Jamur atau cendawan dapat tumbuh funds kebersihan kota bandung kandang yang kurang terjaga, gigi funds kelembaban kandang yang tinggi. Jamur atau cendawan juga mudah tumbuh funds bahan pakan yang disimpan funds tempat yang lembab. Jamur yang tercampur dalam, bahan pakan nihil menyebabkan penurunan laju pertambahan kendaraan bermotor badan ayam.penekanan laju pertumbuhan jamur / cendawan dapat dilakukan artikel baru melakukan penyemprotan secara formal dehida atau kalium permanganat (kmno4). (annonim.2010)
Siklus hidup A.Galli


BAB III
PEMBAHASAN
III.I   Pengertian
Cacing secara alami sering ditemukan pada berbagai unggas liar maupun unggas peliharaan. Pada unggas terdapat dua golongan utama cacing yaitu Nematoda (cacing gilig) dan Cestoda (cacing pipih). Nematoda termasuk kelompok parasit yang terpenting pada unggas sehubungan dengan kerusakan yang ditimbulkan. Kelompok cacing ini memiliki siklus hidup langsung tanpa membutuhkan hospes intermediar.
Nematoda disebut juga cacing gilig karena bentuknya bulat, tidak bersegmen dan dilengkapi dengan kutikula yang halus. Nematoda yang mempunyai siklus hidup langsung melewati 4 tahap perkembangan sebelum dewasa. Nematoda dewasa yang hidup dalam tubuh unggas yang terinfeksi akan menghasilkan telur yang dikeluarkan bersama feses. Didalam lingkungan, jika telur berembrio ditelan oleh ayam maka telur akan menetas didalam proventriculus hospes dan berkembang menjadi larva yang akan tumbuh menjadi cacing dewasa didalam tubuh hospes.
Ascaridosis yang disebabkan oleh cacing Ascahdia galli merupakan penyakit parasitik yang sering menginfeksi temak unggas, khususnya ayam. Ascaridiosis dapat menyebabkan penurunan berat badan serta berat karkas (Raote et al., 1991) yang berkisardari 1,5 gram hingga 250 gram per ekor . Infeksi cacing ini dapat pula menurunkan jumlah telur dan berat telur hingga mencapai 33% (Tiuria, 1997). Menurut He et al., (1990) kerugian aktbat infeksi cacing saluran pencernaan termasuk A. galli diperkirakan mencapai US $ 2,49 - 3,48 juta per tahun.
Cacing A. galli tersebar secara meluas pada negara-negara di suluruh dunia. Penyebaran ascaridiosis dapat terjadi pada keadaan temperatur tropis dan sub-tropis. Ascaridiosis pada ayam pertama dilaporkan terjadi di Jerman, selanjutnya terjadi di Brazil, India, Zanzibar, Pilipina, Belgia, China, Kanada, dan Inggeris. Selain pada ayam, A. galli juga ditemukan pada jenis unggas lainnya seperti angsa, kalkun, dan pada burung liar. Infeksi Ascaridia disebabkan oleh Ascaridia galli , Ascaridia dissimilis, Ascaridia numidae, Ascaridia columbae dan Ascaridia bonase. Ascaridia galli selain berparasit pada ayam juga pada kalkun, burung dara, itik dan angsa. Ascaridia galli merupakan cacing yang sering ditemukan pada unggas dan menimbulkan kerugian ekonomik yang tinggi karena menimbulkan kerusakan yang parah selama bermigrasi pada fase jaringan dari stadium perkembangan larva.

III.II    Klasifikasi Ascaridia galli
            Menurut Soulsby (1982), klasifikasi cacing A. galli (Schrank, 1788) (syn. A. lineata, A. perspicillum) adalah sebagai berikut:
            Kelas               : Nematoda
           Sub kelas        : Secernentea (Dougherry, 1959)
            Ordo                : Ascaridia (Skrjabin dan Schulz, 1940)
           Superfamili     : Ascaridiodea (Railliet dan Henry, 1915)
            Famili              : Ascarididae (Baird, 1835)
            Genus              : Ascaridia (Dujardin, 1845)

III.III  Morfologi
            Ascaridia galli merupakan parasit besar yang umum terdapat di dalam usus kecil berbagai unggas peliharaan maupun unggas liar. Penyebarannya luas di seluruhdunia. Cacing A. galli merupakan cacing terbesar dalam kelas nematoda pada unggas. Tampilan cacing dewasa adalah semitransparan, berukuran besar, dan berwarna putih kekuning-kuningan (Admin,2008).    
Pada bagian anterior terdapat sebuah mulut yang dilengkapi dengan tiga buah bibir, satu bibir terdapat pada dorsal dan dua lainnya pada lateroventral. Pada kedua sisi terdapat sayap yang sempit dan membentang sepanjang tubuh. Cacing jantan dewasa berukuran panjang 51 – 76 mm dan cacing betina dewasa 72 – 116 mm. Cacing jantan memiliki preanal sucker dan dua spicula berukuran panjang 1 – 2,4 mm, sedangkan cacing betina memiliki vulva dipertengahan tubuh. Telur A. galli berbentuk oval, kerabang lembut, tidak bersegmen, dan berukuran 73–92 x 45–57µm (Levine, 1994).

III.IV  Etiologi
Infeksi Ascaridia disebabkan oleh Ascaridia galli , Ascaridia dissimilis, Ascaridia numidae, Ascaridia columbae dan Ascaridia bonase. Ascaridia galli selain berparasit pada ayam juga pada kalkun, burung dara, itik dan angsa. Ascaridia galli merupakan cacing yang sering ditemukan pada unggas dan menimbulkan kerugian ekonomik yang tinggi karena menimbulkan kerusakan yang parah selama bermigrasi pada fase jaringan dari stadium perkembangan larva. Migrasi terjadi dalam lapisan mukosa usus dan menyebabkan pendarahan, apabila lesi yang ditimbulkan parah maka kinerja ayam akan turun drastic. Ayam yang terserang akan mengalami gangguan proses digesti dan penyerapan nutrient sehingga dapat menghambat pertumbuhan.

III.V  Siklus Hidup
Daur hidup A. galli bersifat langsung dan tidak langsung. Telur infektif yang termakan oleh induk semang, akan menetas di dalam proventrikulus (lambung kelenjar) atau di dalam duodenum (Soulsby, 1982).
Untuk berkembang menjadi cacing dewasa, telur nematoda ini akan mengalami empat tingkatan molting. Larva stadium I (Li) dthasilkan pada molting ke-1 terjadi di dalam telur. Larva stadium I (Li) molting menjadi larva stadium II (L2) terjadi di dalam lumen intestin. Larva stadium II (L2) hidup di dalam lumen duodenum selama 9 hah pertama, kemudian masuk ke dalam selaput lendir (mukosa) yang dapat menimbulkan perdarahan. Selama di dalam selaput lendir, larva mengalami pertumbuhan ke stadium lebih lanjut yaitu larva stadium III (L3) sekitar hah ke-8. Selanjutnya L3 molting menjadi larva stadium IV (U )sekitar hah ke-14 -15 pasca infeksi (Soulsby, 1982).
            Di dalam perkembangan cacing A. galli, sebagian dari larva mengalami fase jaringan {"tissue phase") yang dapat berlangsung dari hah pertama sampai hah ke-26 sesudah infeksi. Menurut Mitchel (1974), fase jaringan ini terjadi karena larva yang masuk ke dalam selaput lendtr usus mengalami hambatan perkembangan (tertahan). jadi cacing A. galli hidup di dalam selaput lendir duodenum mulai hah ke-8 - 17 setelah infeksi. Larva 5 (L5) (cacing muda) kembali ke dalam lumen duodenum pada hari ke-17 - 18 setelah infeksi. Cacing muda ini siap berkembang menjadi cacing dewasa. Cacing betina menurut Ackert (1931) mulai bertelur antara 6-8 minggu pasca infeksi.
Ascaridia galli menimbulkan efek patogenik terutama ketika masih berbentuk larva di dalam selaput lendir usus. Larva akan menyebabkan lesio-lesio, perdarahan dan enteritis. Gejala yang mungkin tampak pada ayam yang terinfeksi adalah anemia, diare, dan rasa haus yang beriebihan, kaki menjadi pucat dan sayap terkulai. Ayam kelihatan lemas, malas serta mengantuk. Pada akhirnya pertumbuhan berat badan menjadi terhambat dan menurun (Calneck, 1991). Setiap ekor cacing A. galli bahkan diduga dapat menurunkan berat badan ayam sebesar 1,5 gram.
Selanjutnya Calneck (1991) menjelaskan bahwa pada infeksi berat menyebabkan ayam kehilangan banyak darah, penurunan kadar gula darah, peningkatan kadar asam urat. Sedangkan Verma et al, (1993) melaporkan bahwa infeksi oleh cacing ini tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai protein darah, PCV, kadar hemoglobin dan nifai eritrosit serta leukosit. Ascaridia galli dapat pula menularkan Avian Rheovirus kepada ayam yang lain (Calneck, 1991).
Dilaporkan pula oleh Calneck (1991) dan Kusumamihardja (1992) bahwa dalam perkembangannya A. galli dapat tersasar dan terperangkap di dalam uterus sehingga cacing mi dapat pula ditemukan di dalam telur ayam. Pada ayam betina infeksi cacing ini dapat menyebabkan penurunan produksi telur, kehilangan bobot badan walaupun konsumsi pakannya tetap meningkat. Pada penelitian oleh Suweta (1977) penurunan bobot badan dan penurunan konsumsi pakan terutama terjadi pada umur 9-21 minggu setelah infeksi. Ascaridia galli dilaporkan juga menyebabkan terlambatnya waktu ayam mulai bertelur dan penurunan berat telur sampai sebesar 33% (Matta, 1981; Tiuria, 1991).
Akoso (1998) mengatakan dalam waktu 35 hari cacing menjadi dewasa dan mulai bertelur. Setelah cacing ini menjadi dewasa akan meningalkan selaput lendir dan tinggal di dalam lumen usus. Ayam yang masih muda paling peka terhadap kerusakan yang disebabkan oleh cacing ini. Dalam umur 2 atau 3 bulan ayam akan membentuk ketahanan (imunitas jaringan) terhadap cacing gilik. Kresno (2000) menambahkan infeksi ascaridia galli pada ayam umumnya singkat dan jarang meningalkan kerusakan permanent. Hal ini disebabkan karena tubuh ayam memiliki suatu kekebalan yang dapat melindungi tubuh mereka. System ini mampu melakukan reaksi yang cepat dan tepat untuk menyingkirkan materi asing tersebut. Salah satu organ yang memiliki system tersebut adalah saluran pencernaan (usus).

III.VI                   Patogenesis dan Gejalanya
Ayam muda lebih sensitif terhadap kerusakan yang ditimbulkan Ascaridia galli. Sejumlah kecil cacing Ascaridia galli yang berparasit pada ayam dewasa biasanya dapat ditolerir tanpa adnya kerusakan tertentu pada usus. Infeksi Ascaridia galli dapat menimbulkan penurunan berat badan, pada kondisi yang berat dapat terjadi penyumbatan pada usus.  (Zalizar dkk., 2005) Ayam yang terinfeksi Ascaridia galli dalam jumlah besar akan kehilangan darah, mengalami penurunan kadar gula darah, peningkatan asam urat, atrofi timus, gangguan pertumbuhan, dan peningkatan mortalitas.
Umur hospes dan derajat keparahan infeksi oleh Ascaridia galli memegang peranan penting dalam kekebalan terhadap cacing tersebut. Infeksi A. galli menyebabkan penurunan berat badan yang signifikan. Hal ini disebabkan karena ascaridiosis dapat mengganggu efisiensi absorpsi nutrisi yang berlangasung di dalam usus halus ayam petelur. Sifat penyakit parasitik cacing A. galli biasanya berjalan kronis sehingga menimbulkan gejala sakit yang perlahan atau subklinis. Kecacingan tidak menyebabkan mortalitas tetapi menghasilkan morbiditas (Anonim, 2009)

III.VII        Gejala Klinis
            Apabila jumlah cacing ascaridia galli dalam usus seekor ayam sedikit, maka cacing tersebut tidak menimbulkan gangguan pada ayam (Akoso, 1998; Anonimus, 2006). Sauvani (2008) dan Irawan (1996) menambahkan apabila jumlahnya cukup banyak akan menimbulkan ganguan kesehatan atau kematian terutama pada anak ayam. Anak ayam yang menderita cacingan akan memperlihatkan tanda-tanda seperti; tampak kurus, pucat, lemas, sayap agak terkulai, bulunya tidak mengkilat, terjadi diare bewarna keputih-putihan (seperti kapur, encer dan agak berlendir), pada anak ayam terjadi kematian yang banyak dan pada yang dewasa terjadi penurunan produksi telur. 

Perubahan Pasca Mati
1.      Perubahan anatomi (makroskopik); kerusakan terbesar terjadi sewaktu tahap perpindahan dari pertumbuhan larva cacing. Perpindahan dari dalam lapisan usus dapat menyebabkan radang usus mendarah, cacing dapat ditemukan secara relatif lebih banyak di lumen usus, seperti terlihat pada Gambar 1 (Akoso, 1998). Tabbu (2002) menambahkan infeksi Ascaridia galli dalam jumlah besar akan kehilangan darah, mengalami penurunan kadar gula darah, peningkatan asam urat, atrofi timus, gangguan pertumbuhan dan peningkatan mortalitas.
2.      Perubahan histopatologi (mikroskopik); biasanya terlihat bahwa usus terjadi erosi sel epitel dan terlihat adanya hemoragi, sehingga ayam tersebut didiagnosa menderita ascaridiasis. Hemoragi yang terjadi pada usus kecil bisa menyebabkan usus mengalami ulserasi sel epitel. Kerusakan pembuluh darah menyebabkan terjadinya obstruksi akut atau enteristis yang disebabkan oleh cacing atau protozoa akan terjadi penetrasi yang lebih dalam pada lapisan usus (Blood and Henderson, 1963). Disamping itu bisa terjadi nekrosis dan penebalan lokal pada lapisan muskularis yang akan mengakibatkan usus halus tidak berfungsi secara sempurna (Siahaan, 1993)


Diferential diagnosa
Diagnosa banding ascaridiosis adalah defisiensi nutrisi
Pengobatan
            Obat anti cacing yang paling sering digunakn untuk membasmi Ascaridia galli adalah
piperazin. Selain itu dapat digunakan juga higromisin B dan kumafos melalui pakan untuk
mengendalikan cacing tersebut. Piperazin memiliki efek narkotika sehingga cacing dapat
dikeluarkan dalam keadaan hidup oleh adanya peristaltic usus. Pengobatan pencegahan pada
pullet biasanya diberikan sekitar umur 5 minggu yang diulang pada interval 4 minggu sampai
ayam mencapai umur 21 minggu. Pemberian vitamin A selama 5 – 7 hari dapat membantu
kesembuhan mukosa usus yang rusak akibat cacing tersebut.

Pengendalian dan Pencegahan
Lalat dapat bertindak sebagai factor mekanik dari telur Ascaridia galli , maka
pengendalian terbaik adalah kombinasi antara pengobatan preventif dan manajemen yang optimal meliputi sanitasi atau desinfeksi ketat dan pembasmian lalat.

III.VIII           Media dan Cara Penyebaran Cacing Ascariasis Funds Unggas
Penyebarannya sil kotoran ayam yang sakit atau alat-alat berat yang ada di sekitar unggas. Gejala yang terlihat funds unggas yang terinfeksi antara lain lesu, pucat, kurus dan diikuti artikel baru sayap yang menggantung serta kondisi berangsur-angsur yang transportation dan selanjutnya diikuti kematian akibat komplikasi.
Infeksi ascariasis memiliki tingkat penyebaran lebih luas. Funds usus ayam buras rata-rata ditemukan 132,27 ekor cacing yang antara lain terdiri bahasa dari cacing cestoda raillietina spp. Cacing raillietina spp tergolong dalam, filum platyhelmintes, kelas cestoidea, sub kelas cestoda, ordo cyclophyllidea, famili davaineidea, genus railietina dan spesies dan kultivar raillietina spp.
Penyebaran cacing ascariasis funds ayam ulasan sangat dipengaruhi oleh adanya inang antara telur cacing ascariasis yan g termakan oleh inang antara akan menetas di dalam, saluran pencernaannya.telur yang berkembang menetas menjadi onkosfir yaitu telur yang telah berkembang menjadi embrio sel banyak yang dilengkapi artikel baru 6 buah kait.
Onkosfir selanjutnya berkembang menjadi sistiserkoid dalam, waktu 3 minggu penghasilan kena pajak telur termakan oleh inang antara. Sistiserkoid tetep tinggal di dalam, tubuh inang antara sampai artikel baru inang antara nihil dimakan oleh inang definitif yaitu ayam. Penghasilan kena pajak ayam memakan inang antara yang mengandung sistiserkoid, maka sistiserkoid terbebaskan oleh adanya enzim pencernaan aktivitas. Segera penghasilan kena pajak sistiserkoid prabayar bebas, skoleksnya mengalami evaginasi dan melekatkan memegangi diri funds dinding usus. Segmen atau muda terbentuk di daerah adalah leher dan akan berkembang menjadi segmen yang matang dalam, waktu 3 minggu. Funds saat segmen atau strobila berproliferasi di dinding leher, sdr sistiserkoid akan mengalami degenerasi dan menghilang. Selanjutnya sistiserkoid berkembang menjadi cacing dewasa di dalam, usus ayam dalam, waktu 20 hari.
III.IX          Pencegahan Penyakit Unggas yang Disebabkan oleh Ascariasis
Gejala klinis akibat cacing ascariasis funds ayam dipengaruhi antara lain oleh status pakan atau keadaan gizi ternak, number infeksi dan pengunduran ayam. Funds beberapa jenis infeksi, gejala umum funds ayam atau muda biasanya ditunjukkan adanya penurunan hormone oleh badan, hilangnya napsu makan, kekerdilan, diare dan anemia.
Penurunan production telur dan kesehatan secara umum juga merupakan gejala akibat infeksi umum cacing ascariasis. Cacing cestoda dalam, number besar akan banyak mengambil sari makann bahasa dari tubuh inangn sehingga regular tidak jarang menyebabkan hypoglicemia dan hypoproteinemia.
R. Cesticillus menyebabkan degenerasi dan inflamasi vili selapit lendir usus di tempat menempel ujung kait rostellum dan dalam, keadaan infeksi kendaraan bermotor dapat menyebabkan kekerdilan. Cacing cestoda suami memucat umum didapati funds ayam artikel baru kerusakan berupa enteritis pendarahan. Cacing inisial menyebabkan degenerasi dan peradangan funds vili-vili selaput lendir usus.
Raillietina echinobothrida menyebabkan diarre berlendir tahap dini. Raillietina echinobothrida dan raillietina tetragona menyebabkan pembentukan nodul-nodul funds dinding saluran pencernaan. Diantara kedua jenis cacing cestoda nihil, yang memucat banyak meninmbulkan kerusakan adalah raillietina echinobothrida. Raiillietina tetragona dapat menyebabkan penurunan hormone badan dan production telur funds ras-ras ayam tertentu.
Pengendalian penyakit cacingan merupakan salat satu pratama afiliasi untuk mendapatkan hasil peternakan yang optimal. Cara yang dilakukan agar terhindar peternakan bahasa dari penyakit cacingan adalah artikel baru dilakukannya pencegahan yaitu:
1.      Pemberian obat cacing. Pengobatan akan sia-sia severe penyakit cacingan sudah parah. Sebaiknya dilakukan secara rutin untuk pengobatan memotong siklus hidup cacing. Seperti cacing nematoda artikel baru siklus hidup kurang lebih satu setengah month, maka diberikan pengobatan doa month sekali, gading yang tak retak.begitu juga artikel baru cestoda. Pemberian obat cacing funds ayam lapisan sebaiknya diberikan funds pengunduran 8 minggu dan diulang sebelum ayam naik ke kandang baterai. Sedangkan ayam broiler funds jarang diberikan anthelmintika karena masa hidupnya pendek.
2.      Melakukan sanitasi kandang dan peralatan peternakan meliputi kandang dibersihkan, dicuci dan disemprot desinfektan artikel baru serta memotong buka file disekitar wilayah peternakan.
3.      Mengurangi kepadatan kandang, karena dapat memberi peluang yang tinggi, * bagi infestasi cacing.
4.      Pemberian ransum artikel baru kandungan mineral dan protein yang cukup untuk menjaga daya agunan dari tubuh tetap baik.
5.      Mencegah kandang becek, seperti menjaga sampah tetap kering, regular tidak menggumpal dan regular tidak lembab.
6.      Peternakan dikelola artikel baru baik seperti mengatur number ayam dalam, kandang regular tidak terlalu padat, ventilasi kandang cukup dan dilakukan sistem "semuanya keluar".
7.      Menjauhkan unggas artikel baru inang perantaranya (lalat, hama kumbang, bekicot dan serangga) merupakan hal yang memucat tepat. Memberantas insekta secara rutin merupakan cara yang memucat murah untuk mengendalikan cacing pita funds unggas (di samping penyakit before).





         III.X   Kasus Cacingan pada Ayam       
Soal penyakit cacing pada ayam ini, pada ayam yang paling banyak menyerang adalah cacing pita. Terutama pada ayam petelur, karena ayam ini hidupnya lebih lama dan cacing pun membutuhkan waktu untuk siklus hidupnya. Berbeda dengan ayam pedaging yang masa peliharaannya rata-rata satu kali masa panen cuma 35 hari, sehingga untuk siklus hidup cacing juga sangat pendek apalagi untuk menyerang dan menimbulkan penyakit. Demikian Drh R Budi Cahyono dari PT Agrotech Veterindo Jaya.
Parasit helmin atau cacing memang secara alami ditemukan pada berbagai jenis unggas liar dan unggas peliharaan. Beberapa spesies parasit cacing acap kali ditemukan secara kebetulan pada saat melakukan bedah bangkai pada ayam.
Di lapangan, ada dua jenis parasit cacing internal yang sering dijumpai pada unggas seperti Nematoda atau cacing gilig dari jenis Nemathelminthes dan Cestoda atau cacing pipih dari jenis Platyhelminthes. Dalam pengendaliannya, dibutuhkan identifikasi spesies yang tepat dan pengetahuan tentang siklus hidup kedua cacing tersebut.
Nematoda merupakan kelompok parasit cacing yang terpenting pada unggas, hal ini terkait dengan jumlah spesiesnya dan kerusakkan yang disebabkan cacing tersebut. Kelompok Nematoda mempunyai siklus hidup langsung dan tidak langsung.
Pada siklus hidup langsung, Nematoda tidak membutuhkan inang perantara untuk menginfestasi ayam atau unggas lainnya sedang pada siklus hidup tidak langsung, Nematoda membutuhkan inang perantara untuk kelangsungan hidupnya.
Demikian menurut akademisi Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau, seraya menambahkan, banyak jenis Nematoda yang dapat menyerang ayam peliharaan seperti:
(1)Nematoda yang menyerang saluran pencernaan adalah Capilaria, Gongylonema, Dyspharynx, Tetrameres, Ascaridia, Heterakis, Strongyloides dan Trichostrongylus. Pada bagian ini, yang perlu diwaspadai peternak adalah Capilaria, Ascaridia dan Trichostrongylus yang sering menyerang ayam yang dipelihara dengan sistem ekstensif.
(2) Nematoda yang dijumpai pada saluran pernafasan adalah Syngamus yang dikenal juga dengan istilah cacing merah karena warna cacing ini merah atau cacing garpu karena cacing jantan dan betina dalam kopulasi selalu terlihat seperti hurup “Y”.
(3) Nematoda yang dapat dijumpai pada mata adalah Oxyspirura. Infeksi Oxyspirura pada ayam liar seperti ayam kampung sering dijumpai. Cacing ini dijumpai di bawah selaput niktitan, kantong konjungtiva dan saluran nasolakrimalis mata.
Manifestasi klinis pada ayam yang terinfestasi Oxyspirura adalah oftalmia atau radang mata yang berat, gelisah dan terus menerus menggaruk mata yang terlihat basah dan memerah karena radang.
Kemudian selaput niktitan terlihat membengkak, sedikit menonjol di bawah kelopak mata di bagian sudut mata dan biasanya digerakkan secara terus menerus sebagai usaha untuk mengeluarkan benda asing dari dalam mata.
Pada kondisi parah, kelopak mata terlihat bertaut dan di bawahnya dapat ditemukan material mengeju berwarna putih. Jika tidak diobati, infestasi Oxyspirura dapat menimbulkan kebutaan pada ayam.

Askaridiasis pada Ayam
Perkembangan dunia perunggasan di negara kita, memang sudah banyak menciptakan peluang bisnis. Hal ini disebabkan karena bisnis perunggasan bisa dijangkau masyarakat kalangan bawah, dapat dipelihara oleh masyarakat atau peternak dengan lahan yang cukup kecil, kapital “demand power” yang cukup kuat, menyebabkan ternak ini lebih cepat perkembangannya dibandingkan dengan perkembangan ternak lain. Demikian Situs Komunitas Dokter Hewan Indonesia menyatakan.
Namun, menurut mereka, para peternak tidak sedikit mengalami hambatan dan rintangan selain harga pakan yang terus naik, obat-obatan yang cukup mahal juga adanya berbagai macam penyakit yang sering menyerang ternak. Salah satu penyakit pada ayam yang sering ditemui adalah askaridiasis.
Penyakit ini disebabkan oleh cacing Ascaridia galli yang menyerang usus halus bagian tengah. Cacing ini menyebabkan keradangan dibagian usus yang disebut hemorrhagic. Larva cacing ini berukuran sekitar 7mm dan dapat ditemukan diselaput lendir usus. Parasit ini juga dapat ditemukan dibagian albumen dari telur ayam yang terinfeksi.


Menurut Situs Komunitas Dokter Hewan Indonesia itu, infeksi Ascaridia dapat disebabkan oleh Ascaridia galli, Ascaridia dissmilis, Ascaridia numidae, Ascaridia columbae, Ascaridia compar, dan Ascaridia bonase. Selain berparasit pada ayam, Ascaridia galli juga ditemukan pada itik, kalkun, burung dara, dan angsa. Cacing ini tinggal didalam usus halus, berwarna putih, bulat, tidak bersegmen dan panjangnya sekitar 6-13 cm.
Ascaridia galli merupakan suatu parasit cacing yang paling sering ditemukan pada unggas peliharaan dan menimbulkan kerugian ekonomik yang cukup tinggi. Cacing tersebut biasanya menimbulkan kerusakan yang parah selam bermigrasi pada fase jaringan dari stadium perkembangan larva.
“Migrasi terjadi di dalam lapisan mukosa usus dan menyebabkan pendarahan (enteritis hemoragi). Jika lesi tersebut bersifat parah, maka kinerja ayam akan menurun secara dramatis. Ayam yang terinfeksi akan mengalami gangguan proses digesti dan penyerapan nutrien sehingga dapat menghambat pertumbuhan,” tambah mereka.
Selanjutnya, cacing Ascaridia bersifat spesifik untuk suatu spesies tertentu dan tidak ada/hanya sedikit kemungkinan terjadi infeksi silang antara jenis unggas yang satu dengan yang lainnya. Ascaridia galli berparasit pada ayam, kalkun, burung dara, itik, dan angsa.
Kaya situ situ, siklus hidup Ascaridia galli tidak butuh hospes perantara. Penularan cacing tersebut biasanya melalui pakan, air minum, litter, atau bahan lain yang tercemar oleh feses yang mengandung telur infektif. Ayam muda lebih sensitif terhadap kerusakan yang ditimbulkan oleh Ascaridia galii.
Lalu, pada umur 2-3 bulan, ayam akan membentuk kekebalan berperantara seluler terhadap cacing tersebut. Sejumlah kecil cacing Ascaridia galli yang berparasit pada ayam dewasa biasanya dapat ditolerer oleh tanpa adanya kerusakan tertentu pada usus. Infestasi 10 ekor cacing pada ayam dewasa dianggap tidak berbahaya, namun lebih dari 75 ekor akan menimbulkan masalah tertentu.
Adapun, infeksi Ascaridia galli dapat menimbulkan penurunan berat badan yang berhubungan langsung dengan jumlah cacing yang terdapat didalam tubuh. Status nutrisi dari hospes juga penting karena penurunan berat badan lebih tinggi dari pada ayam yang diberi pakan dengan kadar protein tinggi dari pada ayam yang diberi pakan dengan protein lebih rendah.


Pada infeksi berat dapat terjadi penyumbatan pada usus. Ayam yang terinfeksi Ascaridia galli dalam jumlah besar akan kehilangan darah, mengalami penurunan kadar gula darah, peningkatan asam urat, atrofi timus, gangguan pertumbuhan, dan peningkatan mortilitas.

“Infeksi Ascaridia galli tidak mempengaruhi terhadap kadar protein darah, packed cell-volume (PCV) atau kadar hemoglobin. Penyakit tersebut mempunyai efek sinergistik dengan penyakit lain, misalnya koksidiosis dan Infectious bronchitis (IB). Cacing tersebut juga dapat membawa reovirus dan menularkan virus tersebut,” kata mereka.
Kadang-kadang, Ascaridia galli juga dapat ditemukan dalam telur ayam, hal ini dapat dihubungkan dengan kemampuan cacing untuk bermigrasi kedalam oviduk melalui kloaka, sehingga cacing tersebut akan terbungkus oleh kulit telur.
Selanjutnya, umur ayam dan derajat keparahan infeksi memegang peranan penting dalam kekebalan terhadap cacing tersebut. Ayam yang berumur 3 bulan atau lebih menunjukan adanya resistensi terhadap infeksi Ascaridia galli. Status nutrisi ayam juga mempengaruhi pembentukan kekebalan terhadap cacing tersebut. Menurut penelitian ayam yang diberikan pakan dengan kadar vitamin A, B kompleks, kalsium, dan lisin yang tinggi akan meningkatakan resistensi terhadap Ascaridia galli.
Mengingat bahwa lalat dapat bertindak sebagai vektor mekanik dari telur Ascaridia galli, maka pengendalian terbaik terhadap cacing tersebut adalah kombinasi antara pengobatan preventif dan manajemen kandang yang optimal, meliputi sanitasi/disinfeksi ketat dan pembasmian lalat.
Akhirnya, menurut Situs Komunitas Dokter Hewan Indonesia itu, pencegahan dan pengobatan pada pullet biasanya diberikan sekitar umur 5 minggu, kemudian diulang dengan interval 4 minggu sampai ayam mencapai umur 21 minggu.






BAB IV
PENUTUP
IV.I     KESIMPULAN
1.      Sanitasi kandang perlu diperhatikan agar penyebaran penyakit cacingan dan pencegahan dapat dioptimalkan.
2.      Inang-inang antara sebagai media penyebaran cacing seperti semut bahasa dari genus tetramorium dan pheidole serta lalat musca domestica dan juga hama kumbang harus dihindarkan keberadaannya di dalam, kandang ternak.
3.      Pencegahan penyakit cacingan lebih dilakukan artikel baru pemberian obat cacing yaitu funds ayam lapisan sebaiknya diberikan funds pengunduran 8 minggu dan diulang sebelum ayam naik ke kandang baterai. Sedangkan ayam broiler funds jarang diberikan anthelmintika karena masa hidupnya pendek.
4.      Mencegah kandang becek, seperti menjaga sampah tetap kering, regular tidak menggumpal dan regular tidak lembab juga merupakan upaya pencegahan penyebaran cacing pita.

IV.II    SARAN
Dilakukan penyuluhan mengenai pentingya sanitasi kandang dalam, upaya melakukan pencegahan penyebaran berbagai penyakit, terutama penyakit yang disebabkan oleh cacing.








DAFTAR PUSTAKA
Akoso, b.t. 1993. Pedoman kesehatan unggas bagi acute teknis penyuluh dan peternak. Kanisius: Yogyakarta.
 Beriajaya.dkk.2010. Masalah arcasiasis funds ayam.balai besar penelitian veteriner.Bogor
 Departemen pertanian. 2004. Buku saku peternakan. Direktorat jenderal bina produksi peternakan: Departemen pertanian.
Dahl, c., a. Permin, jp christensen, m. Bisgaard, ap muhairwa, kmpetersen, js poulsen dan a.l. Jensen.2002. Pengaruh concurrent infectionswith pasteurella multocida dan ascaridia galli pada ayam rentang gratis. Vet. Microbiol. 86 (4) :313-324.
Horning g., s. Rasmussenn, a. Permin dan m. Bisgaard. 2003. Investigasi pengaruh parasit cacing pada vaksinasi ayam terhadap virus penyakit newcastle dalam kondisi desa. Trop. Anim. Hlth. Prod. 35: 415-424.
Idi a., a. Permin dan k.d. Murrell. 2004. Tuan usia hanya sebagian mempengaruhi resistensi terhadap infeksi primer dan sekunder dengan ascaridia galli (schrank, 1788) pada ayam. Vet. Parasitol. 122 (3): 221-231.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar